Pada Jum’at pagi sekitar pukul 06.00 WIB puluhan warga dari pihak keluarga korban dengan menumpang satu kendaraan truk mendatangi pemakaman umum di Desa Bringin untuk memindah jasad Wigati disemayamkan.
Dengan dibantu warga setempat secara sukarela jasad Wigati diangkut dengan mobil ambulan RSUD dr Soeroto Ngawi dibawa pihak keluarganya untuk dimakamkan kembali di TPU di Dusun Bogoharjo, Desa Watualang, Kecamatan Ngawi Kota.
Pembongkaran makam yang sempat menghebohkan warga ini sempat tarik ulur pada beberapa hari sebelumnya. Karena masih terganjal masalah perizinan kemudian pada Jum’at pagi maka makam Wigati baru dapat dilakukan pembongkaran.
Pada proses pembongkaran makam sendiri sempat ditonton ribuan warga sekitar TPU Desa Bringin. Mereka pada dasarnya ingin mengetahui secara dekat pelaksanaan pembongkaran makam ada juga warga yang sengaja datang untuk memberikan belangsungkawa serta dukungan moral terhadap keluarga korban yang ditinggalkan.
“Sudah jelas ini pembunuhan paling keji, tidak manusiawi kalau bisa pelakunya dihukum secara berat hingga hukuman mati apalagi pembantaian terhadap Wigati didepan anak semata wayangnya,” terang Juminten, warga setempat dengan nada geram.
Lanjut Juminten, dirinya merasa kehilangan dengan kepergian Wigati secara tragis. “Korban selama ini dikenal sangat baik dengan lingkungan sini, serta akrab dengan berbagai kalangan masyarakat Desa Bringin,” tandas Juminten dengan melelehkan air mata kesedihan yang mendalam. Menurutnya, pada malam pertama setelah kematian Wigati warga setempat mengirim doa surat yasin dirumah suaminya Heri Martono.
Namun, setelah mengetahui otak pelaku pembunuhan justru Heri Martono sendiri maka dengan kata sepakat para warga memindahkan acara tahlilan serta pembacaan surat yasin di masjid umum Desa Bringin. Langkah yang diambil warga ini lanjutnya, sebagai rasa keprihatinan atas kematian Wigati serta mengutuk keras perbuatan tidak beradab yang dilakukan Heri Martono hanya lantaran wanita selingkuhanya.
Kemudian pemandangan yang menyedihkan lagi terjadi saat proses pemakaman jasad Wigati di TPU Dusun Bogoharjo. Ratusan pelayat yang datang meneteskan air matanya manakala melihat Dani Nanda Rangga Marta bocah 8 tahun ikut melihat proses pemakaman ibunya yang pergi untuk selama-lamanya.
“Seharusnya bocah seumur itu masih dapat belaian kasih sayang seorang ibu akan tetapi dia kehilangan orang yang mengasuhnya,” terang Anang, paman dari Dani Nanda Rangga Marta. (pr)
0 comments:
Posting Komentar
Terima-kasih atas partisipasi anda