Bayi yang dilahirkan pada 2 februari lalu di rumah persalinan bidan desa setempat untuk saat ini sedang dirawat di ruang perinatologi RSUD Dr Soeroto Ngawi.
Penderitaan bayi tanpa dinding perut atau istilah medisnya gastroschisis ini membuat keluarganya tidak mampu berbuat banyak dan hanya pasrah.
“Bagaimana lagi kami sudah berusaha mencari pertolongan kepada berbagai pihak namun sampai dua minggu ini belum ada perkembangan kapan bayi ini segera ada perawatan selanjutnya,” ungkap Hariyadi yang setiap harinya sebagai buruh tani.
Selama dalam kandungan bayi keduanya menurut Entar Rahayu P tidak menunjukan gejala apapun.
“Selama saya mengandung ya normal saja dan sering memeriksakan ke bidan,” ujar Entar dengan nada lemah. Berat badan dan panjang bayi saat dilahirkan tergolong normal selain itu seperti pengakuan ibunya usia kandunganya mencapai sembilan bulan.
Selama di RSUD Dr Soeroto Ngawi, Hariyadi harus bolak balik kerumah untuk mencari biaya makan bagi keluarganya yang bergantian ikut menunggu buah hatinya tersebut.
Sejauh ini biaya perawatan bayi ditanggung oleh pemerintah daerah Ngawi melalui program Jamkesda.
Sementara Dr Siswanto Basuki.Spa, kepala ruangan perinatologi RSUD Dr Soeroto Ngawi menjelaskan proses pembentukan dinding perut kedua tidak sempurna saat dalam kandungan (Ompalochele).
"Bisa faktor genetik atau akibat bayi tidak mendapat asupan gizi saat dalam kandungan. Akibatnya, pembentukan seluruh organ tubuh bayi tidak sempurna," jelas Dr Siswanto Basuki.Spa.
Kemudian dalam waktu dekat bayi pasangan Entar dan Hariyadi ini akan segera di rujuk ke RSUD Dr Soedono Madiun untuk memperoleh perawatan lanjutan.
“Fasilitas di RSUD Dr Soeroto memang kurang mampu untuk menangani kasus seperti ini, dalam waktu dekat akan kita rujuk ke Madiun,” pungkasnya. (pr)
0 comments:
Posting Komentar
Terima-kasih atas partisipasi anda