Di jalan desa yang sebagian aspalnya mulai mengelupas itu beberapa pengrajin emping melinjo melakukan aktivitas serupa. ”Mumpung cuaca terang dan panas setelah beberapa hari terakhir hujan masih saja mengguyur, kami manfaatkan dengan menjemur emping basah yang baru jadi,” ujar Purwati, saat wartawan datang menyapanya, beberapa waktu lalu.
Kurang modal, kata itulah yang cukup terkesan dari perempuan paruh baya tersebut dengan terus membolak-balikan posisi emping basah. Purwati membeberkan, tentang bisnis jual-beli emping melinjo yang sudah digelutinya tidak kurang dari 7 tahun lalu, berawal saat dirinya menapaki sebagai ibu rumah tangga, saat itu Kusni, 40 th, suaminya hanya sebagai buruh tani dengan penghasilan yang tidak jelas padahal dirinya harus hidup secara mandiri untuk menata masa depan yang tidak kalah dari warga lainya.
Dengan bermodalkan ketekatan lantas Purwati mencoba membuat penganan emping mlinjo dimana dirinya meyakini salah satu jajanan yang sifatnya hanya sebagai camilan ini mempunyai nilai ekonomis serta prospek yang cukup baik bilamana diekmbangkan dengan serius.
Ternyata baru berjalan 2 tahun pesanan emping mlinjo hasil produksinya mulai diminati konsumen yang pada umumnya masyarakat sekitar desanya. “Memang awalnya kurang yakin juga terhadap emping mlinjo ini ternyata perlahan-lahan kok pesanan dari tetangga maikn bertambah,” urai Purwati.
Kendala yang dihadapi ibu dua anak ini tidak hanya minimnya modal usahanya saja namun, keterbatasan pengadaan bahan baku berupa melinjo dari petani. Menurutnya, bahan baku melinjo hanya bisa didapat pada musim sedangkan mlinjo sendiri kalau diawetkan hanya mampu bertahan 1 sampai 2 bulan.
Dengan demikian faktor bahan baku tersebut berdampak pada harga emping mlinjo di pasaran, tidak jarang harganya sangat fluktuatif sehingga membuat bingung pengrajin emping sendiri. Saat normal atau musim panen mlinjo harga di pasaran bisa Rp 5.000 per kilogram, namun saat tertentu, harganya bisa melambung Rp 8.000 per kilogram.
”Pastinya untuk musim kali ini, saat harga melinjo sedang rendah, kami bisa membeli bahan baku sebanyak-banyaknya untuk persediaan. Namun sayang modal tak mendukung. Padahal bisa saja beberapa pekan mendatang harga sudah melambung. Seperti waktu menjelang Lebaran biasanya harga membumbung tinggi.” tandasnya.
Disinggung tentang jumlah produksi emping mlinjo dalam perharinya menurutnya hanya tergantung dari pesanan yang ada terkadang bisa mencapai 3 kilogram per hari. Harga satu kilogram emping mlinjo hasil prodiksinya dipatok dengan harga Rp 20.000 hingga Rp 22.000. “Soal harga tergantung pada variasi rasanya, bisa memilih variasi rasa manis atau asin,” tambah Purwati.
Selama ini pemasaran terbatas di pasar-pasar tradisonal setempat seperti pasar Jogorogo dan Ngrambe. Meskipun hanya bermodalkan pas-pasan kini Purwati sudah mampu menghidupi dua buah hatinya yang masih balita dan sisa keuntungan lainya bisa dipakai untuk membelikan sepeda motor suaminya yang dipakai untuk usaha ngojek. (pr)
1 comments:
apa benar harganya 20rb?
u: sy pesan 1 ton. sy berikan DP dimuka untk biaya produksi.
serius: 085749212968
Posting Komentar
Terima-kasih atas partisipasi anda