Tak pelak, para warga Desa Cantel, Kecamatan Pitu tiap pagi dan sore harus berjalan 2 kilometer menuju pinggiran sungai desa setempat. “Warga disini membuat belik (lubangan) dipinggir sungai dan baru mengambilnya denga antri,” terang Yuni, warga Desa Cantel, Kamis (18/7).
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari harinya, ratusan warga ini harus menggendong jerigen yang beratnya sekitar 30 liter. “Ini sudah kebutuhan kami setiap hari ya paling sedikit 30 liter. Kebutuhan terbanyak selain untuk masak dan minum adalah untuk minum ternak. Kalau urusan mandi dan mencuci tidak kami pikirkan, kalau ada air di selokan dekat sawah ya dipakai, kalau tidak ada ya tidak mandi," tambah Yuni.
Masalah yang dihadapi para warga ini tidak hanya jauhnya sumber air dan beratnya jerigen saja melainkan kwalitas air perlu dipertanyakan. Dari pengamatan media, air yang ditampung ini berwarna keruh kecoklatan dan kotor. Apalagi warga tidak memiliki alat untuk menyaring kotoran.
Selain itu, tidak kurang dari 200 warga yang mayoritas merupakan petani ini, air yang dibawa dengan menggunakan jerigen tersebut tidak hanya digunakan untuk memasak dan mencuci melainkan member minum ternak mereka seperti sapi dan kambing yang menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat.
Seperti yang dijelaskan warga lainya, Sri Hartati, menjelaskan pengalaman kelangkaan air bersih tidak hanya terjadi pada saat ini saja, pada tahun-tahun sebelumnya malah lebih parah. “Memang saat itu warga disini mendapatkan bantuan tandon air berupa bak dari pemerintah, saya kira itupun tidak menyelesaikan permasalahan secara umum warga disini, cuma harapan kita kapan aliran seperti PDAM sampai disini,” jelasnya. (pr)
0 comments:
Posting Komentar
Terima-kasih atas partisipasi anda