Seno (48), warga watualang Ngawi ini mengaku harus merugi puluhan Juta Rupiah. “Tanaman melon sebetulnya jenis tanaman yang hemat air. Namun karena musim tanam tahun ini kemarau sangat ekstrim mengakibatkan tanaman ini harus mati karena kekurangan debit air.” Urai petani gaek melon yang pernah menjabat kades ini dengan melas.
Ditambahkan, Jumlah tanaman melon sebanyak 8500, dengan modal per batangnya Rp. 3500 dipastikan tak akan kembali. “Sudah saya pastikan, jumlah modal kami sebanyak 30 Juta sudah ludes ” Ukap dia lagi.
Sementara itu, keberadaan kebun melon dibeberapa wilayah kabupaten Ngawi, hampir rata-rata mengalami hal yang sama. Sebut saja untuk wilayah kecamatan pangkur, yang konon bibitnya merupakan bantuan dari Dinas pertanian setempat justru keberadaannya mengenaskan.
Dapat dijelaskan, tanaman melon memang jenis tanaman dengan konsumsi air rendah jika dibandingkan tanaman padi dan sayuran. Meski begitu, Melon justru butuh air yang seimbang begitu masuk saat berkembang dan mulai berbuah. “Sebetulnya kisaran dua minggu lagi akan panen, serta harga melon lagi bagus-bagusnya, ya..namun apa boleh dikata.” Punkasnya. (kun)
0 comments:
Posting Komentar
Terima-kasih atas partisipasi anda