Di jalan Imam Bonjol yang tepatnya disekitar Masjid Jami Baiturahman sejak pukul 15.00 wib biasanya pedagang takjil mulai membuka lapaknya. Saat itu juga masyarakat langsung bisa memilih makanan yang cocok untuk santapan berbuka bersama keluarga di rumah.
Mulai dari gorengan, kue, kolak, es buah, es kelapa dan lainnya, dengan harga yang bervariasi. Salah satu pedagang takjil Siti Munawaroh menerangkan dirinya mulai menjadi pedagang musiman sejak lima tahun lalu.
Dengan di bantu anaknya, Siti Munawaroh, menjajakan aneka minuman seperti es campur, es degan serta beberapa minuman siap saji lainya selain itu tidak ketinggalan ada menu khusus yang dibuatnya.
“Alhamdulilah selama berjualan takjilan tidak ada kendala dengan konsumen, justru mereka biasanya pesan makanan yang belum ada disini untuk dibuatkan seperti pepes,”terangnya.
Sebelum berjualan takjil pada setiap bulan ramadhan, Siti Munawaroh mengaku sudah terbiasa menjadi pedagang makanan keliling.Jika pada hari-hari biasa, ia mendapat omset sekitar Rp 500 ribu sedangkan pada bulan ramadhan naik tiga kali lipat sekitar Rp 1,7 juta.
“Meskipun berjualan takjil dengan waktu terbatas justru pemasukan secara kotor dua kali lipat dibanding hari biasanya yang keliling pagi dan sore,” ungkap Siti Munawaroh.
Berbeda dengan Muftiah, salah satu pedagang takjil dikawasan Stadion Ketonggo mengatakan, momen ramadhan ini benar-benar dimanfaatkannya untuk berjualan makanan dan minuman berbuka puasa.
Walaupun tidak mau menyebutkan omset yang didapatnya per hari, Muftiah mengatakan hasilnya cukup lumayan untuk berlebaran bersama keluarga nantinya. “Hasilnya cukup lumayan untuk kebutuhan lebaran di rumah pokonya,” kata Muftiah.(pr)
0 comments:
Posting Komentar
Terima-kasih atas partisipasi anda