Dengan kondisi demikian, hampir dapat dipastikan dalam waktu dekat bisa saja berdampak terhadap areal pertanian di tiga kecamatan menjadi krisis air seperti Bringin, Padas dan Karangjati. “Di tiga wilayah kecamatan tersebut pasokan air untuk irigasi memang dari waduk pondok ini sehingga kalau waduk ini menyusut airnya maka di tiga wilayah tadi akan mengalami kekeringan,” ungkap Sukarman, warga Desa Gandong, Minggu (23/9).
Menurutnya, air waduk pondok yang begitu cepat menyusut di saat musim kemarau di latarbelakangi keseimbangan ekosistim sekitar waduk pondok tidak terjaga. Sukarman mencontohkan penebangan hutan secara liar sekitar waduk pondok menjadi pemicu berkurangnya air waduk.
“Padahal hutan sekitar waduk menjadi penyangga akan air, kalau hutan ini sudah tidak mampu menahan resapan air yang ada maka lambat laun terjadi kekeringan,” jelasnya. Selain itu pihak pemerintah harap Sukarman, percuma saja waduk pondok yang dibangun dengan menelan biaya tidak kurang Rp 30 miliar tanpa dibarengi penataan ruang hijau sekitar waduk pondok. “Misalkan adanya reboisasi terhadap lahan-lahan kosong sekitar waduk,” urai Sukarman.
Sementara, ironisnya lagi akibat musim kemarau ini tidak hanya melanda dikawasan waduk pondok melainkan juga melanda perkampungan perkotaan, tepatnya di Desa Banyu Urip, Kecamatan Ngawi, sekitar 60 kepala keluarga, harus menikmati air bersih dari sendang sepreh yang menjadi satu-satunya sumber matai air didesa tersebut, sebanyak ratusan warga setempat harus berjalan sepanjang 1 kilometer untuk mendapatkan air bersih, pasalnya beberapa sumur mereka sudah mengalami kekeringan. (pr)
0 comments:
Posting Komentar
Terima-kasih atas partisipasi anda