Hari Panca Sakti atau biasa dikenal Samting menghembuskan nafas terakhirnya akibat serangan jantung. Peristiwa yang sangat menyisakan duka tersebut berawal korban bersama belasan wartawan lainya melakukan tugas jurnalis pada malam itu.
Gambar satu persatu di dokumentasikan oleh korban dari aksi ini, namun sekitar pukul 20.00 WIB korban langsung jatuh ke lantai Masjid Al-Islah ketika hendak mengambil moment kemanusian pada durasi gambar terakhir. “Samting jatuh dihadapan rekan lainya saat itu dengan posisi tengkurap, ketika dibalikan badanya kondisinya mengejang,” terang Andika, salah satu wartawan.
Tambah dia, saat itu korban langsung diberi pertolongan sementara oleh rekanya bersama warga sekitar aksi solidaritas tersebut. Karena kondisinya terus memburuk, korban dilarikan ke Puskesmas Gemarang yang berjarak sekitar 2 kilometer. Setelah sampai di Puskesmas korban oleh dokter dinyatakan sudah meninggal dunia, sontak belasan wartawan menangis histeris.
Kemudian malam itu juga jenasah Hari Panca Sakti dibawa pulang ke rumah istrinya di Dusun Ngijo, Desa/Kecamatan Kendal untuk dimakamkan di TPU setempat sekitar pukul 02.00 WIB. Hari Panca Sakti merupakan sosok yang dikenal cukup ulet, supel dan pendiam, duka yang mendalam ini ditambah korban meninggalkan kedua anaknya yang masih balita. “Siang sebelum kejadian Samting mengeluh sakit kepala, ketika diperiksa oleh medis ternyata tekanan darahnya kurang dari normal,” urai Andika lagi.
Tutur Andika, sore itu sebetulnya rekanya sudah mengingatkan jangan memaksakan diri liputan dalam kondisi badan tidak fit. Namun, demi tugas jurnalistik, Almarhum bersikeras ikut mengabadikan moment anak PAUD tersebut. “Samting dikenal sebagai sosok yang tidak mudah putus semangat meskipun malam itu badanya benar-benar sakit,” pungkas Andika. (pr)
0 comments:
Posting Komentar
Terima-kasih atas partisipasi anda