Perlunya peran lembaga pemberitaan dalam melakukan intens komunikasi tersebut disampaikan Kapolres Ngawi, AKBP Eddy Junaedi, dihadapan awak media massa dari cetak maupun elektronik di balai pertemuan Mapolres setempat dalam agenda pertemuan akhir tahun. “Dalam setahun ini saya lihat hubungan komunikasi antara media massa baik elektronik dan cetak dengan kepolisisan cukup bagus dan bersinergis dalam melakukan kemitraan,” kata AKBP Eddy Junaedi, Rabu (19/12).
Harapanya, dengan adanya intens komunikasi antara media massa dengan Polri khususnya setiap kendala yang dihadapi masyarakat akan segera ditangani dengan memberikan solusi terbaik sesuai institusinya. Dan menyangkut professional kepolisian dijajaranya, AKBP Eddy Junaedi, menegaskan selama satu tahun ini pihaknya melakukan evaluasi internal.
Dari penjelasanya sikap ketegasan dalam membangun citra kepolisian sebagai pengayom masyarakat terbukti sudah memberikan sangsi tegas kepada 21 anggotanya yang dianggap melanggar kode etik kedisiplinan, bahkan terangnya lagi sudah ada 2 anggota yang akan terkena pemecatan atau diserse.
Langkah internal yang dilakukan ini tambah AKBP Eddy Junaedy, tidak lepas dari reformasi dan menjaga kode etik Polri sekaligus meningkatkan profesionalismenya sebagai polisi sipil yang menjadi mitra masyarakat.
Pada kesempatan yang sama pihaknya berjanji dalam memberantas tindak pidana korupsi diwilayah hukumnya tidak setengah hati. Selain itu guna memberikan kenyamanan di masyarakat mendasar tindak kriminal yang akhir-akhir ini cukup meresahkan dalam akhir tahun pihaknya akan menggelar operasi cipta kondisi semeru 2012. “Operasi tersebut sasaranya pada perayaan natal dan tahun baru dengan mengerahkan seluruh anggota kepolisian di jajaran Polres Ngawi dalam mengamankan wilayahnya,” beber Kapolres Ngawi, AKBP Eddy Junaedi.
Dilain sisi penerapan jalinan komunikasi antara media massa dengan kepolisian dalam membagun image masyarakat memang perlu ditingkatkan. Memang aspek kultural polisi memang belum berubah secara signifikan, berbeda dengan perubahan struktural dan instrumental yang lebih cepat bergulir.
Kesulitan berubah itu terletak pada sulitnya polisi melepaskan hal-hal yang selama ini dianggap “menyenangkan” sebagai contoh kebudayaan “siap ndan”. Pendek kata suatu sikap yang taat pada atasan dan tunggu perintah. Singkatnya lagi, sikap militer yang membuat anggota itu pasif, tidak berani berinisatif, apalagi berinovasi. Padahal, tantangan kepolisian di tengah masyarakat sekarang ini justru menghendaki sikap yang inovatif.(pr/sn)
0 comments:
Posting Komentar
Terima-kasih atas partisipasi anda