Seperti pantauan media dilokasi sedikitnya puluhan hektar lahan padi ikut terendam dengan ketinggian air sekitar setengah meter lebih. Sehingga ratusan petani padi lebih memilih panen awal dengan resiko harga turun drastis.
Pengakuan Suwarno salah satu petani asal Dusun Ngemplak, Desa Purwosari, Kecamatan Kwadungan mengatakan, dirinya harus menanggung kerugian separuh lebih dari biasanya karena saat padinya dipanen baru berumur 78 hari padahal normalnya 90 hari.
“Dengan terpaksa kita panen padi awal daripada terendam semua kan malah rugi, tapi jelas harganya kalau dijual tinggal separuh,” terang Suwarno.
Kejadian banjir semacam ini lanjutnya, sudah terjadi hampir tiap tahun disaat awal musim atau pertengahan musim penghujan bahkan lahan padi miliknya seluas kurang dari 1 hektar hampir seluruhnya terendam banjir.
“Kalau saat ini paling tidak hanya bisa memanen sebagian saja dan harganya pasti anjlok,” keluhnya.
Soal harga Suwarno menjelaskan, kalau padi dipanen secara normal bisa tembus Rp 3.000 sampai Rp 3.500, namun karena tingkat kebasahanya tinggi paling maksimal dihargai oleh pembeli berkisar Rp 2.800 sampai Rp 3.000 saja.
Untuk sementara areal lahan padi yang terendam di wilayah Kecamatan Kwadungan saat ini meliputi Desa Purwosari, Desa Sumengko, Desa Tirak dan Desa Kwadungan.
Sedangkan di Kecamatan Pangkur masih relatif aman tetapi kalau saja hujan masih mengguyur dengan intensitas yang sama dipastikan puluhan hektar lahan padi juga ikut terendam.
Dengan puluhan hektar areal sawah terendam banjir secara mendadak tersebut, Setiono Camat Kwadungan saat dikonfirmasi secara terpisah pihaknya masih belum mengetahui besarnya kerugian materiil yang diderita oleh ratusan petani diwilayahnya.
“Sampai sekarang kita masih mengolah data akibat banjir ini dan diharapkan secepatnya akan tahu jumlah luasanya berapa yang terendam,” jelas Setiono.
Kemudian Eko Heru Tjahjono, Ketua Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ngawi menerangkan belum ada laporan korban jiwa dalam bencana banjir kali ini.
Namun puluhan hektar sawah terendam banjir rata-rata setengah hingga satu meter.
Selaku BPBD Heru menambahkan, khususnya di wilayah Kecamatan Pangkur tepatnya Desa Gandri, Pleset, Ngompro, dan Waruk Tengah harus meningkatkan kewaspadaan terjadinya banjir susulan.
“Karena wilayah itu juga sering terjadi banjir akibat luapan Bengawan Madiun,” ungkapnya.(pr/K_SN)
0 comments:
Posting Komentar
Terima-kasih atas partisipasi anda