Kondisi kelangkaan tersebut sangat dikeluhkan beberapa warga yang berimbas pada kenaikan harga dari Rp 14.000 menjadi Rp 15.000 setiap tabungnya.
“Gas elpiji ukuran 3 kg merupakan kebutuhan utama bagi rakyat kecil yang jelas saya sendiri selaku konsumen merasa khawatir kalau harganya terus merangkak naik,” ujar Ernawati, salah satu warga Kecamatan Paron, Minggu (28/4).
Dia menjelaskan, meski harganya naik dan masih terjangkau koceknya namun untuk bisa mendapat gas elpiji sendiri sudah sulit.
Bahkan untuk mendapatkan satu tabung saja dia harus mencari dari satu tempat ke tempat lainnya. Kekhawatiran akan kelangkaan gas elpiji juga dirasakan oleh para agen kecil diwilayah tersebut.
Seperti Sugiman yang sudah dua tahun menjadi agen gas elpiji 3 kg mengatakan sangat khawatir akan kehilangan ladang mata pencaharianya terlebih para konsumenya pada mengeluh.
“Kemungkinan para konsumen yang sebelumnya memakai gas elpiji 12 kg pindah ke ukuran 3 kg yang bersubsidi apalagi ada wacana dari pemerintah akan menaikan BBM,” terang Sugiman.
Sementara Gembong Pranowo salah satu pengamat ekonomi dari LSM Bhirawa Ngawi menilai pemerintah harus bertangung jawab dan mengambil tindakan atas kelangkaan gas elpiji 3 kg.
Tambahnya, pemerintah harus memantau setiap saat ketersedianya gas elpiji di pasaran dalam jumlah yang cukup sehingga dapat dihindari timbulnya kembali masalah kesulitan mendapatkan bahan bakar seperti yang dialami masyarakat pada masa penggunaan minyak tanah.
Dia menjelaskan, pemerintah membuat kebijakan pengalihan atau konversi minyak tanah ke gas elpiji 3 kg beberapa tahun lalu untuk masyarakat kalangan menengah ke bawah dengan tujuan mengatasi masalah seringnya terjadi kelangkaan minyak tanah secara nasional. (pr)
0 comments:
Posting Komentar
Terima-kasih atas partisipasi anda