media online pemberitaan kabupaten ngawi
Diberdayakan oleh Blogger.

Senin, 22 April 2013

Home > > Kepepet Ekonomi, Tiga Siswa SMP Pilih Mundur Ikuti UN

Kepepet Ekonomi, Tiga Siswa SMP Pilih Mundur Ikuti UN

| SINAR NGAWI™ | portal pemberitaan Ngawi| Berita | Kabar | Warta | info | NEWS | terbaru | terkini | hari ini | LPSE NGAWI |NGAWI™ Sedikitnya ada 3 siswa SMP yang dinyatakan droup out atau mengundurkan diri saat pelaksanaan Ujian Nasional (UN) berlangsung pada hari pertama Senin, (22/4). Tiga siswa tersebut terdiri satu perempuan dan dua laki-laki merupakan dari 171 pelajar dari SMPN 2 Paron yang tidak bisa mengikuti UNAS pada mata ujian Bahasa Indonesia.

Sesuai keterangan Hary Supriono Kepala SMPN 2 Paron ketiga siswa ini sudah menyatakan mundur mendasar surat pernyataan tertulis yang disampaikan ke sekolah oleh masing-masing orangtuanya setelah mengikuti try out khususnya MKKS yang dilaksanakan kurang dari satu bulan sebelumnya.

“Padahal kita sudah melakukan pendekatan beberapa kali terhadap siswa yang bersangkutan demikian juga pihak orangtuanya agar mereka bisa masuk sekolah kembali dan mengikuti UN saat ini,” terang Hary Supriono saat ditemui media diruang kerjanya.

Imbuh Hary, para orang tua siswa saat menyampaikan surat pengunduran diri anaknya tersebut dengan dalih karena faktor himpitan ekonomi.

Padahal selama ada program BOS pihak sekolah yang dipimpinya ujar Hary tidak pernah menarik pungutan biaya yang membebani orang tua siswa maupun siswanya sendiri.

“Kalau dikaitkan masalah ekonomi saya kira kok kurang pas, padahal mereka untuk nilai sekolahnya sampai saat ini meski tidak masuk masih kita pertahankan dengan harapan mereka akan bisa mengikuti ujian nasional pada hari ini pokoknya kita pihak sekolah sebelum pelaksanaan ujian sudah melakukan segala upaya agar mereka bisa menyelesaikan sekolahnya disini,” jelas Hary Supriono.

Sementara ada informasi mengejutkan dari internal SMPN 2 Paron yang enggan disebut namanya menyebutkan satu siswa perempuan dari tiga siswa yang mengundurkan diri itu justru sekarang ini berprofesi sebagai purel (penyanyi pendamping) disalah satu cafe karaoke yang ada di kota Ngawi.

“Kasihan mereka itu mungkin karena faktor pergaulan akhirnya seperti itu padahal mereka masih dibawah umur dan seharusnya menuntaskan sekolahnya terlebih dahulu,” ungkap nara sumber.

Kemudian Siswanto anggota Komisi II DPRD Ngawi yang membidangi kesejahteraan rakyat angkat bicara.

Menurutnya, kalau toh informasi yang dimaksud benar adanya bahwa ada salah satu siswi keluar sekolah dan lebih memilih bekerja di cafe karaoke maka apapun alasanya tidak dibenarkan.

“Jadi kalau siswi ini kan masih dibawah umur jelas belum layak bekerja apapun pekerjaanya itu seharusnya kalau ini benar informasinya maka pihak manajement cafe karaoke harus lebih selektif menerima calon tenaga kerjanya,” kata Siswanto.

Ditegaskan lagi, kalau keluarnya siswa dengan alasan ekonomi sudah barang tentu ada solusi terbaik dari pihak sekolah setempat.

“Kalau pihak sekolah sudah melakukan pendekatan beberapa kali dan hasilnya tetap saja maka prediksi saya kemungkinan adanya faktor sosial lainya yang perlu dikaji misalkan karena faktor pergaulan,” tandasnya.

Sementara pada pelaksanaan UN untuk SMP sederajat yang dilaksanakan mulai 22 sampai 25 April mendatang sesuai informasi dari Diknas Ngawi menyebutkan diikuti tidak kurang dari 11.670 siswa dari 116 sekolah yang tersebar di 19 kecamatan.

Sedangkan petugas pengamanan UN yang diterjunkan Polres Ngawi sebanyak 250 personel yang ditempatkan di sekolah penyelenggara baik reguler maupun kejar paket B masing-masing dua personil dengan pakaian sipil. (pr)

Berita Terkait



0 comments:

Posting Komentar

Terima-kasih atas partisipasi anda