media online pemberitaan kabupaten ngawi
Diberdayakan oleh Blogger.

Jumat, 10 Mei 2013

Home > > Eksekusi Lahan 10 Hektar Sempat Diwarnai Adu Mulut

Eksekusi Lahan 10 Hektar Sempat Diwarnai Adu Mulut

| SINAR NGAWI™ | portal pemberitaan Ngawi| Berita | Kabar | Warta | info | NEWS | terbaru | terkini | hari ini | LPSE NGAWI |NGAWI™ Eksekusi lahan seluas 10 hektar yang diklaim milik Perhutani di Desa Pandean, Kecamatan Karanganyar nyaris ricuh dengan puluhan warga sekitar, (7/5). Beruntung petugas gabungan dari Polres Ngawi, Kodim 0805 ditambah Polmob Perhutani sempat diterjunkan ke lokasi guna mengantisipasi kejadian tersebut.

Antisipasi aksi massal yang dilakukan puluhan warga ini berhasil diredam setelah adanya mediasi dari pihak petugas keamanan serta Muspika Kecamatan Karanganyar yang mempertemukan antara warga dengan pihak Perhutani.

Sengketa lahan ini tepatnya terjadi pada petak 159,160 dan 167 di KRPH Pandean dimana sekarang ini lahan tersebut oleh warga ditanami tebu secara turun temurun.

Awalnya pihak Perhutani ngotot akan mengeksekusi atas dasar kepemilikanya tanpa negosiasi terlebih dahulu. Kontan saja kesewenangan Perhutani memancing emosi warga apalagi tanaman tebu hampir memasuki masa panen.

Dengan alasan itu puluhan warga menghendaki adanya ganti rugi dari Perhutani sebagai pengganti tanaman tebu yang menjadi harapan untuk menghidupi keluarganya. Jalanya mediasi antara warga dengan Perhutani akhirnya mencapai kesepakatan yakni warga akan menerima ganti rugi dari Perhutani sebesar Rp 26 juta sebagai ongkos operasional panen tebu.

“Kesepakatan ganti rugi ini karena merasa warga yang sudah memanfaatkan lahan milik Perhutani agar bisa legowo di kembalikan lagi kepada pihak Perhutani,” ungkap kapolres Ngawi AKBP Edy Junnedy melalui Kapolsek Mantingan.

Sementara warga pinggir hutan yang di wakili oleh Hadi Supomo selaku ketua Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) kepada media, pihaknya menyanyangkan dengan kejadian esekusi lahan tersebut.

Ungkapnya, lahan 10 hektar itu sudah lama dimanfaatkan masyarakat pinggir hutan tersebut secara turun temurun untuk menambah pendapatan ekonomi.

Dengan adanya proses mediasi pihaknya berterima kasih atas peran petugas keamanan yang membantu mediasi tersebut. “ Untung saja ada mediasi, bila tidak saya tidak menjamin apa yang dilakukan masyarakat pinggir hutan usai esekusi tersebut,” ungkapnya. (pr)

Berita Terkait



0 comments:

Posting Komentar

Terima-kasih atas partisipasi anda