“Meskipun dapat subsidi dari pemkab dalam pilkades itu sendiri namun kenyataanya money politik pada rakyat belum bisa dilepaskan atau siapa yang punya duit pasti memenagkan pilkades,” ujar Hermansyah, warga Kecamatan Ngawi Kota ,(18/5).
Dengan adanya money politik lanjutnya, akan menyumbat kran demokrasi sehingga secara langsung akan berdampak negatif terhadap roda pemerintahan. “Meski money politik tidak dapat dibuktikan secara langsung namun sebetulnya hal itu ada dan terjadi sehingga rakyat aspirasinya terbeli,” paparnya lagi.
Hermansyah menilai, kalau peranan uang menjadi barometer maka tidak pelak akan melahirkan pemimpin yang bobrok.
“Sekarang ini kalau kita mau jujur sedikit saja hasil dari pemungutan suara apapun dengan hanya berkacamata pada uang kayak apa hasilnya nanti karena jelas untuk SDM nya masih diragukan dan tidak ada fit and propertest pada tingkatan bawah seperti kepala desa ini,” tegas Hermasyah.
Dapat diinformasikan, rentetan pilkades yang didominasi incumbent juga terjadi pada Sabtu, (18/5), ada 2 kecamatan yang melakukan pesta demokrasi guna menentukan calon kadesnya yakni Kecamatan Pitu ada 2 desa meliputi Cantel dan Papungan sedangkan Kecamatan Sine ada 8 desa secara serentak melakukan pilkades.
Sementara dari BPM dan Pemdes Kabupaten Ngawi melalui Kabul Catur Winarno sebagai kasi pemerintahan desa mengatakan pilkades pada 2013 akan terjadi pada 178 desa.
Tegasnya pilkades terbagi atas 17 desa pada Mei, 124 desa pada Juni dan 3 desa akan terjadi pada Juli sedangkan sisanya 37 desa akan menyusul pada bulan berikutnya di tahun 2013.
“Yang sisanya itu jadwalnya akan menyusul disesuaikan kesiapan masing-masing desa,” ungkapnya.(pr)
0 comments:
Posting Komentar
Terima-kasih atas partisipasi anda