“Pada awalnya tidak ada tanda-tanda terjadi bencana seperti itu karena hujanya terus-terusan maka banjir langsung terjadi dan menjebolkan pondasi jembatan penghubung dua desa ini,” terang Suwito, salah satu warga Desa Wonorejo.
Ungkapnya, akses jembatan penghubung ini mengakibatkan kedua desa tidak dapat berinteraksi satu sama lain. Apalagi musibah tersebut juga mengakibatkan satu rumah ikut terseret banjir.
Seperti yang dialami janda dengan identitas Sarmiati (47) warga Desa Wonorejo, Kecamatan Kedunggalar dirinya terpaksa harus merelakan sebagian tempat tinggalnya rusak akibat banjir.
Sebagaimana yang terjadi rumah Sarmiati posisinya persis dibibir sungai kontan saja pondasi rumahnya ikut tergerus selama banjir terjadi. Pada akhirnya sebagian rumah korban menjadi ambrol dan jatuh ke sungai.
Kepada media korban mengaku belum sempat mengamankan benda berharganya karena kejadian tersebut begitu cepat.
“ Jembatan samping rumah itu ambrol dan merembet pondasi rumah saya, karena kejadianya begitu cepat maka barang-barangnya yang ada dirumah tidak sempat diselamatkan,” ungkap Sarmiati dengan terbata-bata.
Kemudian dilain tempat, air bah yang terjadi semalam ini juga berdampak terhadap para petani di Desa Teguhan, Kecamatan Paron. Areal persawahan disisi kanan kiri jalan terlihat tanaman padi yang siap panen ludes akibat luapan saluran irigasi didekatnya.
“Gimana lagi sudah terkena wereng coklat malah terkena banjir padahal dalam waktu dekat padi itu mau dipanen,” jelas Murtadi warga setempat. Bencana alam yang melanda Ngawi nampaknya tidak berhenti – henti kendati demikian pemerintah daerah juga belum tanggap dengan kejadian tersebut. Terbukti hingga kini hanya mengirimkan tim survey belum melakukan tindakan nyata dilapangan. (pr)
0 comments:
Posting Komentar
Terima-kasih atas partisipasi anda