Paling parah hama jenis penggerek batang serta daun ini menyerang di areal persawahan di dua desa yakni Teguhan dan Semen masuk wilayah Kecamatan Paron. Menurut Sholikin seorang petani asal Desa Semen menjelaskan, batang padi yang berumur 85 hari terlihat banyak dikerumuni hama wereng sehingga berakibat batang padi mengering ditambah bulir padi tak berisi.
“Pola tanam yang tidak serempak akan mengakibatkan siklus hama wereng coklat sulit dihentikan sehingga banyak tanaman padi akan mudah terserang hama itu,” kata Sholikin, Minggu (16/6).
Imbuhnya, meski banyak usaha yang telah dilakukan petani untuk menyelamatkan tanaman padinya seperti menyemprotkan pestisida namun usaha ini dibilang tanpa hasil terbukti serangan wereng makin meluas.
“Kemungkinan serangan hama wereng coklat akan makin meluas lagi karena para petani pada musim panen kedua tahun ini diberbagai wilayah pada mengeluh,” terangnya lagi. Lain halnya Sasno petani asal Desa Teguhan ini membeberkan hingga saat ini belum ada satupun petugas pertanian dari pemerintah yang datang dan kemudian memberikan solusi terkait tanaman padi yang diserang hama wereng coklat.
“Kami berharap agar pemerintah segera memberikan solusi terbaik dengan memberikan penyuluhan terhadap antisipasi hama wereng yang makin merajalela ini,” ujarnya.
Sementara akibat adanya serangan hama wereng tersebut dirinya melakukan panen lebih awal dengan resiko harga gabah anjlok secara drastis. Tukasnya lagi, panen dini terpaksa dilakukannya karena untuk mengurangi kerugian akibat serangan hama wereng .
Sedangkan untuk saat ini dari beberapa wilayah desa yang sudah panen harga gabah dihargai oleh tengkulak hanya berkisar Rp 2.300 ribu hingga Rp 2.800 ribu. Meski serangan hama tersebut semakin meluas, pihak instansi terkait seperti Dinas Pertanian dan Hortikultura Kabupaten Ngawi terkesan tutup mata, dan tidak melakukan pembasmian.
Sehingga nasib petani benar-benar diambang keterpurukan. Jika tidak segera ada penanganan cepat dari petugas bisa saja kejadian puso diwilayah Ngawi akan terulang lagi seperti 2010 lalu. Hingga berita ini diturunkan pihak dinas yang paling berkompeten dibidang pertanian belum dapat dikonfirmasi, saat dihubungi media melalui via telefon tidak diangkat. (pr)
1 comments:
Bagaimana mau swasembada beras kalau petani dibiarkan tanpa ada pendampingan dr dinas terkait agar kualitas dan kuantitas hasil pertanian bisa maksimal.
Posting Komentar
Terima-kasih atas partisipasi anda