media online pemberitaan kabupaten ngawi
Diberdayakan oleh Blogger.

Senin, 30 September 2013

Pabrik Pakan Ternak Sebar Bau Busuk, Puluhan Warga Grudug Dewan

Perusahaan Daerah (PD) Sumber Bakti

NGAWI™ Dampak bau menyengat pabrik pakan ternak di Desa Gemarang, Kecamatan Kedunggalar, Ngawi, kini kian meruncing. Meskipun sudah beberapa kali di protes warga sekitar namun pabrik pakan ternak yang menjadi aset Perusahaan Daerah (PD) Sumber Bakti yang dikelola PT Maju Berkah Mandiri sebagai pihak ketiga terus beroperasi hingga saat ini.



Akibatnya, puluhan warga hilang kesabaran dengan mendatangi DPRD Kabupaten Ngawi guna mengadukan pabrik tersebut, Senin (30/09). Sambil berorasi dihalaman DPRD Kabupaten Ngawi, puluhan warga ini juga membawa poster bertuliskan beberapa tuntutan untuk segera menutup pabrik yang merugikan kesehatan warga sekitarnya.

“Setiap kali melakukan produksi pabrik itu mengeluarkan bau tidak sedap, karena jarak pabrik dengan pemukiman warga sangat berdekatan,” terang Suwarno (50), salah satu peserta demo.

Dijelaskan, selain bau busuk yang menyengat pabrik pakan ternak tersebut juga menimbulkan polusi udara sehingga ada beberapa warga yang mengalami gangguan pernapasan. Bau busuk tersebut dampak dari produksi pakan ternak dengan bahan dasar non organik terutama tulang ikan.

Terang Suwarno, sebelumnya tidak menimbulkan bau sewaktu pabrik ini melakukan produksi dengan bahan dasar organik berupa jerami dan kulit kacang.”Setelah pabrik itu melakukan produksi pakan untuk unggas dengan bahan dasar tulang ikan bau busuknya luar biasa,” tambahnya.

Kemudian sebanyak lima orang perwakilan dari peserta demo langsung langsung diajak negoisasi dengan Dwi Rianto Jatmiko, Ketua DPRD Kabupaten Ngawi. Hasilnya, pihak DPRD Kabupaten Ngawi mengharapkan kepada PT Maju Berkah Mandiri untuk mengalihkan produksi pakan ternak dari bahan dasar non organik ke organik tanpa harus menutup tempat usahanya.

“Kita berharap jangan memproduksi pakan untuk unggas tetapi produksi pakan untuk sapi dan hewan lainya karena jelas menyangkut bahan dasar tanpa harus menutup aktivitas pabrik,” katanya.

Beber Antok ((sapaan akrab dari Dwi Rianto Jatmiko-red), kalau toh menutup pabrik jelas menyalahi prosedur MoU antara PD Sumber Bakti dengan PT Maju Berkah Mandiri. Meski demikian pihaknya menyebut konsistensi perlu dipertanyakan ke PD Sumber Bakti sendiri selaku Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Kabupaten Ngawi.

“Kita perlu paham apa yang dikeluhkan warga dan jangan sampai hasil keputusan nanti merugikan kedua belah pihak, karena perlu diketahui proyeksi dari pabrik tersebut untuk pakan ternak bukan unggas maka dari itu kita evaluasi apa yang menjadi MoU antara PD Sumber Bakti dengan pihak ketiga itu,” urainya.

Sementara Mas’ud, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Kabupaten Ngawi menuturkan pihaknya tetap melakukan evalusai ulang menyangkut tuntutan warga. Apalagi keberadaan pabrik sekarang ini dalam memproduksi pakan ternak memakai bahan non organik sehingga menimbulkan efek terhadap lingkungan.

“Ya kalau bisa kita berharap untuk mencari solusinya dengan memakai bahan dasar yang ramah lingkungan jangan seperti yang dipakai sekarang ini,” pungkasnya. (pr)

Minggu, 29 September 2013

Aturan Masih Samar, Bilik Warnet Rawan Ajang Bermesraan

Daftar alamat dan nama warnet di kabupaten/kote

NGAWI™ Keberadaan warung internet (warnet) akhir-akhir ini sesuai fakta banyak disalahgunakan. Sederet rentetan pemberitaan terkait warnet dijadikan ajang mesra seolah hal biasa di media massa. Mirisnya, tindakan amoral ini justru dilakukan oleh kalangan anak-anak pelajar dengan memanfaatkan keleluasaan pengawasan pengelola warnet sendiri.



Sesuai pengamatan media langsung ke lokasi, rata-rata mereka bermesraan didalam bilik warnet meskipun perilaku tersebut diketahui oleh pengelola warnet sendiri. Namun anehnya lagi ditempat tersebut situs porno mudah di browsing oleh pelangganya, ketika awak media mencoba tanya kepada pengelola warnet malah menjawab tidak tahu apa yang terjadi kepada pelangganya.

Perilaku negatif dengan memanfaatkan bilik warnet tersebut seolah menjadi fenomena dalam menjalin asmara antar pasangan pelajar. Berjam-jam lamanya mereka asyik bermesraan, siap sewa bilik warnet hanya bermodalkan uang jajan yang mepet.

Memang sudah kelewatan apa yang dilakukan pelajar dewasa ini, sekilas patut diingat tahun 2010 lalu ada tindakan bejat pelajar Ngawi mewarnai pemberitaan di media. Saat itu sebut saja DA salah satu pelajar SMA favorit di Ngawi mengaku pernah melakukan hubungan mesum disalah satu warnet di kawasan Geneng.

Kemudian ditambah, kejadian enam pasang pelajar ditangkap basah oleh petugas kepolisian saat bermesraan didalam bilik warnet pada akhir 2012 lalu disebuah lokasi warnet masuk wilayah Kecamatan Geneng, Ngawi. Sederet kasus asusila yang dilakukan pelajar itu tidak lepas dari regulasi perijinan warnet sendiri yang belum mengikat.

Agus Suhartoyo (45) salah satu pemerhati pendidikan dari Ngawi Kota menyebut hingga saat ini produk hukum menyangkut perijinan warnet masih samar. Dia menilai dengan longgarnya sistem perijinan tidak urung pemilik warnet menyalahgunakan tempat usahanya tersebut.

“Begini pengelola warnet itu kemungkinan tahu kok kalau tempat usahanya dijadikan tempat esek-esek oleh pemakainya terutama pelajar atau ABG lainya, namun dia pura-pura tidak tahu menahu takut kehilangan omzet,” jelasnya, Minggu (29/09).

Urainya lagi meski satu sisi jeratan hukum bagi pelanggar asusila sudah jelas termasuk UU Nomor 44 Tahun 2008 tentang pornografi namun hal tersebut sangat minim efek hukumnya terhadap pengelola warnet.

Agus berharap guna menuntaskan serta meminimalisir kejadian asusila di dalam bilik warnet yang dilakukan pelajar atau siapapun juga harus lahir produk hukum setingkat Peraturan Daerah (Perda).

“Daripada membuat aturan daerah yang ngalor-ngidul tidak jelas implementasinya mending dewan Ngawi ini membikin perda tentang kepemilikan warnet dan ingat hal ini menyangkut masa depan moral generasi muda kita,” pungkasnya. (pr)

Jumat, 27 September 2013

Larangan Nampang Di Baliho, Caleg Ngawi Harus Rajin Sambangi Konstituen

Harga Dan Pesan Baliho Wilayah Kabupaten/kotaNGAWI™ Berlakunya Peraturan KPU No 15/2013 tentang larangan caleg pasang Baliho maupun Billboard mulai dapat tanggapan beragam. Seperti ungkap Mukhson Hariyadi, Koordinator Bhirawa Ngawi menilai munculnya keputusan versi KPU tersebut sangat bertentangan dengan demokrasi lantaran berdampak mengerdilkan hak dari caleg itu sendiri.

“Boleh jadi aturan yang dimunculkan mengenai pembatasan alat peraga kampanye itu melanggar HAM, dasarnya alat peraga yang dimaksud tersebut bentuk aktualisasi masing-masing calon legislatif (caleg) selain itu dengan pemasangan alat peraga bisa menekan biaya publikasi di media cetak ataupun elektronik yang biayanya tinggi,” terangnya, Jum’at (27/09).

Lain halnya dengan pernyataan Budi Purwanto politisi dari PPP sekaligus Ketua Komisi IV DPRD Ngawi jelasnya pemberlakuan zona kampanye terlebih menyangkut larangan pemasangan alat peraga dinilai sudah waktunya diterapkan.

“Kalau saya malah menyambut baiklah keputusan KPU itu, sehingga para caleg tidak jor-joran pasang baliho, spanduk ataupun lainya yang bisa memicu permasalahan internal partai masing-masing,” ungkap Budi.

Selain itu, aturan pemasangan alat peraga punya dampak positif terhadap estetika suatu wilayah terlebih di dalam kota. Kalau peraturan tersebut tidak disikapi dengan pasti kedepanya ada dampak negatif terhadap arus politik terlebih betapa semrawutnya baliho bila setiap caleg sesuai DCT memasang alat peraga.

“Ya kalau diumbar terus bisa jadi di tepi jalan desa atau kota terlihat sana sini gambar caleg, kan bisa dikatakan pating trembel,”tegasnya.

Sementara Surat Ashari Ketua KPUD Ngawi menerangkan pihaknya akan mengawal dan mengikuti regulasinya seperti ketentuan yang akan diterapkan.

Termasuk melakukan sosialisasi pada jajaran Panwaslu ke bawah seperti di tingkat panitia pengawas kecamatan (panwascam) dan pengawas pemilu lapangan (PPL) di tingkat desa.

“Kalau masalah penertiban alat peraganya yang jelas pihak kami akan menggandeng Satpol PP,” katanya. Kemudian mengenai zona pemasangan alat peraga sendiri sejauh ini pihaknya akan melakukan koordinasi dengan Panwaskab dan pihak Pemkab Ngawi. (pr)

Kamis, 26 September 2013

Dalih Demi Rakyat, DPRD Ngawi Sering Kelayaban Keluar Kota

Daftar dana nama Anggota dewan (DPRD) Kabupaten/kotaNGAWI™ Kerap kali, ruangan DPRD Kab. Ngawi kosong mlompong. Dalih kunjungan kerja (kunker), workshop, hingga study banding ke daerah lain kerap kali jadi senjata jitu untuk pembenaran alasan. Sementara hasil dari seabrek kegiatan tersebut nampaknya masih belum bisa dirasakan sebagian besar masyarakat. (26/09).

“Kalau selama kunjungan atau istilah lainya lagi tugas demi rakyat ke luar daerah menurut saya itu wajar tetapi harus dalam batas normal, maksudnya implementasinya ke masyarakat juga harus jelas, tetapi selama ini kok kurang yakin saya sendiri dengan ilmu yang didapat dewan tersebut,” bebernya, Moh.Safri yang mengaku sebagai warga Kota Ngawi.

Rasa pesimis yang dilontarkan Moh.Safri ini bukan tanpa alasan, sanggahnya hasil kunker, workshop atau lainya sama sekali tidak diketahui publik. Urainya, apa yang dihasilkan dalam bentuk apapun seharusnya pihak kesekretariatan dewan harus melakukan sosialisasi sebagai bentuk pertanggung jawaban terhadap rakyat.

“Malah saya ini punya asumsi lain, apakah memang pihak sekwan enggan melakukan sosialisasi atau pihak awak media sendiri sebagai corong informasi ke masyarakat itu jangan-jangan orangnya dablek (males-red) untuk mengorek keterangan,” pungkasnya.

Sementara, Ketua DPRD Kabupaten Ngawi, Dwi Rianto Djatmiko, saat dikonfirmasi mengaku ketidakberadaan anggota dewan di kantor DPRD karena semua komisi sedang berada di Jakarta untuk mengikuti workshop bersama Depdagri.

“Semua anggota dewan hari ini berangkat bersama Depdagri (Departemen Dalam Negeri), dan hari jumat (27/09-Red), mendatang seluruh wakil rakyat itu sudah kembali ngantor,” terangnya.

Dia mengaku, agenda perjalanan ke Jakarta tersebut adalah kegiatan yang sudah terjadwal sebelumnya sehingga tidak ada yang perlu dipermasalahkan oleh berbagai pihak.

Terlebih lagi kegiatan workshop dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada anggota dewan terkait pendalaman Permendagri tentang pedoman penyusunan APBD tahun 2014 mendatang.

“Ini dilakukan untuk memberikan penguatan kepada anggota dewan tekait system penyusunan anggaran,”timpalnya lagi. (pr)

Rabu, 25 September 2013

Dampak Kekeringan Dan Serangan Hama Wereng Makin Meluas

Luasan Tanah PertanianNGAWI™ Kekeringan di Ngawi makin meluas. Dipastikan ratusan hektar areal pertanian terancam gagal panen. Parahnya, serangan hama wereng pada pekan ini juga turut memperburuk keadaan. Pemkab setempat tak sepenuh hati tangani kasus ini. Ironisnya, justru ratusan proyek fisik jaringan irigasi yang dananya Milliaran Rupiah, banyak dikerjakan seantero Ngawi, yang dikondisi seperti ini tak banyak manfaatnya bagi petani.

“Kalau tiga sampai empat tahun lalu memang tidak sesulit tahun ini mendapatkan air dari saluran, meski digilir pada saat itu masih cukuplah untuk mengairi tanaman padi di sawah ini kalau sekarang sama sekali tidak ada airnya,” terang Sujono (45) warga Desa Teguhan, Kecamatan Paron, Ngawi, Rabu (25/09).

Tanaman padi yang sudah terlanjur mati ini tambahnya, akan digunakan untuk pakan ternak miliknya dan sebagian lagi yang masih hidup dia pertahankan sampai panen.

Nasib serupa juga dialami puluhan petani padi di Desa Klampisan, Kecamatan Geneng, sesuai pengakuanya pada musim tanam saat ini tidak mampu berbuat banyak karena kondisi sawah memang kesulitan air.

Padahal untuk keperluan irigasi petani di wilayah desa tersebut mengandalkan sumur bor namun sekitar tiga minggu lalu debit airnya menurun lantaran permukaan sumber air yang ada didalam kemungkinan besar mulai mengecil.

Kontan saja membuat petani habis kehilangan akal dan hanya cuma mengharap musim hujan segera datang. Dari perkiraan sesuai pengamatan media dampak kekeringan bakal terus meluas ke beberapa wilayah yang dianggap rawan kekeringan seperti Geneng, Pangkur, Paron, Bringin dan Karanganyar.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Karyanto (43) petani asal Kecamatan Pangkur, Ngawi, menyebutkan sudah berbagai upaya untuk mempertahankan sumur bor miliknya tetap mengalir namun apa boleh buat permukaan sumber air menurun secara drastis.

“Padahal sudah saya sambung pipa paralonya hingga mencapai puluhan meter, tetapi tetap saja tidak mengalir,”ungkapnya.

Penyambungan pipa paralon terhadap sumur bor miliknya ini tambahnya terpaksa dihentikan dengan alasan takut terjadi peristiwa seperti di Desa Sidolaju, Kecamatan Widodaren pada awal minggku lalu. Dimana bukanya air yang lancar mengalir melainkan gas yang berbahaya bagi jiwa petani sendiri. (pr)

Selasa, 24 September 2013

Bupati Siap Apresiasikan Prestasi Syahrul

Foto Muhamad Syahrul Kurniawan dan Foto BupatiNGAWI™ Muhamad Syahrul Kurniawan yang akrab dengan panggilan Syahrul, salah satu pemain Timnas U-19 dengan nomor punggung 13 yang baru saja berlaga di Piala AFF 2013 merupakan asli putra daerah Kabupaten Ngawi. Prestasi gemilang yang dicapai Syahrul tersebut tidak urung menarik simpati semua pihak, terlebih Bupati Ngawi Ir Budi Sulistyono.

Suport terhadap putra bungsu pasangan Nyartomo dan Pariyem asal Desa Jogorogo, Kecamatan Jogorogo, Ngawi, disampaikan Kanang disela-sela menonton langsung Kompetisi Divisi I Liga Indonesia XVIII 2013 di Stadion Ketonggo Ngawi, Selasa sore (24/09).

“Syukur alhamdulilah terhadap Syahrul ini merupakan putra terbaik Ngawi yang berprestasi nasional melalui sepak bola, seperti diketahui perjalananya menuju tingkat nasional memang sangatlah berat, namun demikian Syahrul tetap sederhana dan polos maka kita perlu memberikan apresiasi,” terangnya.

Lanjut Kanang, mewakili Pemkab Ngawi akan memberikan fasilitas yang diperlukan Syahrul menuju puncak prestasi demi mengharumkan Kabupaten Ngawi.

Disinggung mengenai bonus, Kanang tidak bicara banyak mungkin dalam bentuk beasiswa ataupun fasilitas lain yang diperlukan Syahrul kelak tetapi dalam waktu dekat ini akan diberikan mendali emas seperti atlet lainya yang berprestasi pada Porprov Jawa Timur lalu.

Karir di sepak bola yang dijalani Syahrul kedepanya pihak Pemkab Ngawi memberikan keleluasaan. “Meskipun Persinga saat ini lolos ke Divisi Utama dengan menyabet juara group namun bagi Syahrul kita berikan kebebasan pilihan, apakah terus berlaga di tingkat nasional ataupun kembali ke induknya Persinga, pada intinya kita terbuka lebar untuk putra daerah terbaik ini,” jelas Kanang.

Syahrul sendiri mengatakan sebagai pemain Timnas dibawah asuhan pelatih Indra Sjafri akan fokus ke kariernya dikancah nasional terlebih dalam waktu dekat ada babak kualifikasi Piala Asia khususnya AFC pada awal Oktober tahun ini di Sidoarjo Jawa Timur.

“Kalau saya secara umum sangat berterima kasih terhadap Persinga yang telah memberangkatkan saya menuju prestasi nasional, namun meski hari ini Persinga lolos ke Divisi Utama akan tetapi saya akan kembali ke timnas lagi guna mempersiapkan Piala AFC,” beber Syahrul.

Tidak hanya itu dengan penampilan lugu Syahrul mengaku akan terus memberikan semangat terhadap rekan-rekanya di Persinga agar tetap tampil cemerlang dalam setiap permainan di Liga Divisi Utama nantinya.

Sementara terkait Persinga dibawah pelatih Putut Wijanarko pada hari yang sama berhasil lolos sebagai juara group 15 pada Kompetisi Divisi I Liga Indonesia XVIII 2013. Dimana berhasil mengumpulkan point 9 setelah menjamu tamunya Persipa (Pati) dengan skors imbang 0-0.

Dengan demikian Persinga melenggang ke Divisi Utama setelah melengkapi kemenangan dalam beberapa laga sebelumnya yang belum terkalahkan. “Dari beberapa tahun lalu Persinga selalu kandas di Divisi I maka sudah layak kalau hari ini lolos menuju prestasi terbaik nantinya pada Divisi Utama,” tegas Dwi Rianto Jatmiko, Ketua sekaligus Manager Persinga. (pr)

Dipastikan 41 Calon Jemaah Haji Ngawi Urung Berangkat

Nama Calon Jemaah Haji 2013NGAWI™ Kebijakan pemerintah Arab Saudi yang mengurangi kuota haji seluruh dunia sebesar 20% pada 2013 ini ternyata membawa dampak keberangkatan Calon Jemaah Haji (CJH). Sementara, Kabupaten Ngawi terpaksa mengulur 41 CJH dan hanya memberangkatkan 214 CJH ke tanah suci yang dilepas langsung oleh Ir Budi Sulistyono Bupati Ngawi di Pendopo Wedya Graha (24/09).

Sesuai keterangan Muhamad Mas’ud Kasi Haji dan Umroh Kemenag Kabupaten Ngawi sesuai jadwalnya CJH yang tergabung di kloter (kelompok terbang) 31 ini sebelumnya berjumlah 255 CJH.

“Kita mengikuti aturan yang diterapkan oleh pemerintah Arab Saudi dimana ada pemotongan 20 persen sehingga yang bisa berangkat tahun ini cuma 214 CJH dan pemotongan kuota ini seperti diketahui memang ada faktor jelas yakni ada pembangunan sarana insfrastruktur di sekitar Mekah sana ,” katanya.

Dari 214 CJH Ngawi tersebut tambah Mas’ud, langsung diberangkatkan menuju asrama embarkasi haji di Sukolilo Surabaya yang akan bergabung dengan 212 CJH Madiun dan 19 CJH Kota Surabaya. “Penggabungan CJH tersebut guna memenuhi jumlah kloter yang akan berangkat ke tanah suci,” terang Mas’ud.

Sementara pemotongan CJH dari Ngawi jelasnya, disesuaikan dengan nomor pendaftaran oleh CJH sendiri dan sejumlah 41 CJH yang gagal berangkat nantinya akan diberangkatkan pada tahun 2014 mendatang.

Sementyara menyangkut tim medis yang mendampingi 214 CJH dari Ngawi, pihaknya telah mempersiapkan seorang dokter dan dua paramedis.

“Para tenaga medis nantinya terus memantau penyakit sesuai riwayatnya mendasar kartu kesehatan yang telah disediakan dan umumnya mereka ini mengalami beberapa macam penyakit seperti hipertesi dan diabetes,” jelasnya.

Sedangkan untuk CJH dari Ngawi yang tertua di tahun ini atas nama Maerah (83) seorang nenek asal Desa Simo, Kecamatan Kwadungan, Ngawi.

“Setiap calon haji juga akan mendapatkan vaksin meningitis, pada dasarnya, pemberian vaksin ini wajib apalagi saat menjalankan ibadah haji di tanah suci sana apalagi akan bertemu dengan banyak orang dari berbagai negara di dunia, secepatnya pasti diberikan dengan menggandeng dinkes setempat," pungkas Mas’ud. (pr)

Senin, 23 September 2013

Agus Setyo Tuding KPP Pratama Ngawi Jadi Biang Macetnya Penerimaan PBB

Alamat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama NgawiNGAWI™ Agus Setyo Budi Kabid PBB-P2 DPPKA Kab. Ngawi tuding pihak KPP (Kantor Pelayanan Pajak) Pratama Ngawi jadi biang minusnya penerimaan PPB tahun anggaran ini (2013-Red). Alasannya, pengiriman SPPT ke Pemkab semtempat mengalami keterlambatan. Akibatnya, masuk pekan ke 3 bulan September ini, penerimaan PBB hanya menyentuh angka 44,37% dari total Rp 12 miliar.

“KPP Ngawi ini kan mengerjakan SPPT dua wilayah yakni Magetan dan Ngawi dan kebetulan di Ngawi sendiri kebagian terakhir dropingnya tepatnya antara bulan Maret dan April, kalau saya justru malah senang jika SPPT itu dikirim pada awal tahun misalkan di bulan Januari jadi bisa memacu penerimaan pajak sejak awal juga,”terangnya, Senin (23/09).

Dengan minimnya penerimaan PBB menjelang jatuh tempo 30 September 2013 mendatang tambah Agus, pihak DPPKA khususnya terus melakukan sosialisasi ke tingkat kecamatan dan pedesaan untuk segera melakukan kewajiban membayar pajak.

“Kalau pembayaran pajak PBB melampui jatuh tempo maka yang jelas dikenakan denda dua persen dari nilai wajib pajak itu sendiri,” kata Agus.

Dengan alasan kejar target penerimaan PBB tersebut ulasnya pihak DPPKA Kabupaten Ngawi memerintahkan kepada camat agar lebih ekstra dalam memotivasi dan memonitor serta mengawasi kegiatan kepala desa serta lurah di wilayahnya.

Utamanya terhadap setoran PBB dari wajib pajak yang telah dipungut dan masih berada di tangan kepala desa atau lurah atau aparat desa lainnya. Selain itu untuk menangani giat pembayaran PBB selama ini pihak DPPKA menggandeng Inspektorat Kabupaten Ngawi sebagai bagian team work.

Kemudian lanjut Agus, realisasi PBB ditahun 2012 lalu tercatat sesuai akhir jatuh tempo pembayaran hanya mencapai 94 persen dari 19 kecamatan.

Dan yang tercatat paling besar tidak memenuhi target PBB ada dua kecamatan meliputi Paron dan Kedunggalar masing-masing mencapai 25 persen.

Tegasnya, dua wilayah kecamatan tersebut memang pagu PBB sangat relatif besar hampir Rp 1 miliar lebih. Namun demikian ditahun 2012 tersebut beber Agus, rencana penerimaan negara justru mengalami kelebihan hampir 43 persen karena dalam hitungan PBB sendiri ada nilai pokok dan nilai rencana penerimaan negara.

Sementara terkait alasan tidak terpenuhinya target PBB secara umum kata Agus ada berbagai faktor didalamnya. Termasuk adanya indikasi SPPT ganda, salah alamat dan tidak ada obyek pajak sendiri.

“Kendala lain misalkan wajib pajaknya ada di Ngawi namun domisili yang bersangkutan ada diluar daerah bahkan tidak diketahui secara pasti, hal inilah yang menyulitkan perangkat penarik pajak itu sendiri,” pungkasnya. (pr)

Minggu, 22 September 2013

Anak Buruh Tani Ngawi Ukir Sejarah Persepakbolaan Indonesia

Juara sepak bola AFF U-19NGAWI™ Timnas Indonesia berhasil juarai Piala AFF U-19 setelah adu-arep lewat tendangan Penalti guna menundukkan Vietnam di partai final, Minggu (22/9/2013) WIB. Sementara pemain belakang, Muhamad Syahrul Kurniawan (18), menjadi salahsatu pencetak sejarah persepakbolaan ini ternyata asli warga Ngawi, anak seorang buruh tani.

Nyartomo (57) dan istrinya Pariyem (51) warga Dusun Genggong, RT 01/RW 03, Desa Jogorogo, Kecamatan Jogorogo, Ngawi, saat ini. Betapa tidak, meski keseharianya hanya sebagai buruh tani yang pas-pasan ini mampu memberikan dorongan semangat putra bungsunya Muhamad Syahrul Kurniawan (18) menjadi pesepak bola nasional yang berlaga di Piala AFF U-19 tahun 2013 dengan nomor punggung 13.

Sesuai penuturan langsung kepada media dirumahnya yang cukup sederhana, Nyartomo menjelaskan secara detail bahwa putra bungsunya dari empat bersaudara tersebut memang bakat menjadi pemain sepak bola sejak duduk di bangku TK Al-Qur’an (Getar) sekitar tahun 2001 di wilayah Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat.

“Saat itu saya di Jakarta Barat sebagai buruh serabutan sedangkan istri saya sebagai tukang cuci, kemudian sewaktu Syahrul (Panggilan akrab dari Muhamad Syarul Kurniawan-red) masih di TK memang dia suka sekali dengan namanya sepak bola,” terang Nyartomo, Minggu (22/09).

Setahun kemudian, karena kondisi sebagai pekerja serabutan di kota besar sepi Nyartomo memutuskan pulang kampung ke Jogorogo-Ngawi, meski demikian tanggung jawabnya sebagai ayah dari empat anak tidak menyurutkan untuk kembali bekerja sebagai buruh tani di kampungnya.

Selanjutnya beber Nyartomo, ketika putra bungsunya tersebut menginjak kelas V di SDN 1 Jogorogo minat akan bola terus berkobar dengan modal nekat dia masukan ke Sekolah Sepak Bola (SSB) di Jogorogo dibawah asuhan pelatih Surawan. Awal di SSB inilah Syahrul terus mengembangkan bakat yang dimilikinya tidak pelak beberapa prestasi mulai diraih.

Dan lebih memprihatinkan lagi seperti penjelasan Pariyem, tidak jarang sehabis main bola sepatu anaknya ini sering robek. Karena tidak punya uang lebih guna membelikan sepatu bola yang berkwalitas terpaksa sebagai seorang ibu, Pariyem mengaku menyuruh Syahrul untuk menjahitkan ke tukang sepatu yang tidak jauh dari rumahnya.

“Karena hidup saya serba mepet apalagi bapaknya hanya buruh tani, untungnya Syahrul ini sebagai anak serba penurut ketika harus menjahitkan sepatunya yang rusak tanpa harus beli sepatu baru,” kenang Pariyem dengan meneteskan air mata.

Kemudian setiap kali Syahrul main di ajang Piala AFF U-19 saat ini dengan posisi sebagai pemain centerback (pemain belakang-red), terang Nyartomo maupun Pariyem sebagai orang tua tidak punya persiapan khusus dirumahnya.

Hanya saja Amir Suwanto salah satu kakak Syahrul pergi naik bus menuju ke Stadion Delta Sidoarjo guna menonton langsung dimana Piala AFF U-19 sedang digelar.

“Cukup menonton siaran langsung di televisi bersama keluarga dirumah cuma tadi kakaknya melihat langsung ke Sidoarjo untuk menonton langsung finalnya dan sampai hari ini sebagai ibu saya selalu puasa untuk mendoakan Syahrul sukses membela timnya, dan baru berbuka puasa ketika anak saya selesai bertanding,” urai Pariyem.

Sementara Surawan pelatih di SSB Jogorogo menerangkan, Muhamad Syahrul Kurniawan salah satu mantan anak asuhnya yang kini berlaga di Piala AFF U-19, memang bakat menjadi pemain sepak bola sudah terlihat sejak awal masuk di SSB. “Sekitar 2008 lalu Syahrul gabung dengan SSB dan dia ini diantara satu teman-temanya yang paling menonjol dari berbagai segi baik skil maupun fisik,” bebernya.

Dan memasuki bangku SMA tambah Surawan, Syahrul selalu diikutkan ke kompetisi sesuai kelompok umur dengan posisi sebagai kapten tim terutama saat gabung di klub Margolangu FC yakni klub bola setingkat Kecamatan Jogorogo.

Dan yang paling menonjol prestasi Syahrul jelas Surawan saat mengikuti event Britama Cup U-16 di Kabupaten Ngawi tahun 2010.

“Saat bermain di Britama Cup, dirinya sebagai kapten tim dan sudah terlihat mulai dari tingkat kedewasaanya, selain itu Syahrul ini memang anak yang suka berlatih keras dalam bermain bola dengan terlihat diluar jam latihan dia tetap melakukan latihan rutin seperti lari ataupun olah skil lainya,” jelas Surawan.

Dari berbagai kompetisi inilah karir cemerlang mulai menanjak dalam diri Syahrul terutama saat tanding di kompetisi Ngawi FC Divisi 3 tingkat regional. Dan menyangkut lolosnya Syahrul ke timnas, Surawan mengakui memang ada empat pemain yang diseleksi Indra Sjafri pelatih timnas ketika di Ngawi akan tetapi hanya Syahrul sebagai pemain Persinga yang lolos seleksi saat itu. (pr)

BIO DATA:

BIO DATA MUHAMAD SYAHRUL KURNIAWAN PEMAIN TIMNAS U-19


Nama : Muhamad Syahrul Kurniawan.
Umur : 18 Tahun
Tempat/lahir : Ngawi, 5 Juni 1995.
Alamat : Dusun Genggong, RT 01/RW 03, Desa Jogorogo, Kecamatan Jogorogo,
Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.

Orang tua

Nama Ayah : Nyartomo, 57 Tahun.
Nama Ibu : Pariyem , 51 Tahun.
Alamat : Dusun Genggong, RT 01/RW 03, Desa Jogorogo, Kecamatan Jogorogo,
Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.

Riwayat Sekolah Muhamad Syahrul Kurniawan

1. TK Al-Qur’an tahun 2001 di Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat.
2. SDN 1 Jogorogo tahun 2002-2007.
3. MTsN 1 Jogorogo tahun 2007-2010
4. SMAN 1 Jogorogo tahun 2010-2013



Sabtu, 21 September 2013

Warga Sidolaju Lega, Sumur Bor Yang Menyemburkan Api Telah Padam

Lokasi sumur bor keluar api dan lumpur lapindoNGAWI™ Semburan air bercampur lumpur di area persawahan milik Salimun (53) di Desa Sidolaju, Kecamatan Widodaren, Ngawi, dapat dipastikan hari ini telah padam. Meski begitu, garis Polisi di area tersebut masih terpasang guna memberi jarak lantaran masih banyaknya masyarakat yang berbondong-bondong mendatangi lokasi kejadian, (21/09).

“Sebelum api itu padam warga sekitar sini lumayan panik karena takut terjadi bahaya yang lebih besar lagi,” ungkapnya Andi (25) salah satu pemuda warga setempat .

Terangnya, padamnya api sudah di rasa oleh warga sejak Kamis malam dimana api yang awalnya menjulang tinggi berangsur-angsur meredup. Dan pastinya pada Jum’at siang kemarin (20/09) api sudah benar-benar padam.

Kendati demikian sejumlah warga lainya malah mengaku kecewa lantaran belum melihat dari dekat sewaktu semburan gas tersebut sedang menyala api.

“Ya sayang sekali karena belum tahu sebenarnya apa yang terjadi dengan semburan gas itu apalagi kabar sebelumnya menyebutkan sedang terbakar,” terang Suwito seorang warga dari Kecamatan Paron, Ngawi. Lebih jauh terkait semburan gas di sumur milik Salimun ini sempat tersiar kabar menimbulkan korban.

Ada salah satu warga yang enggan disebut namanya menyebutkan jika api yang menyebur kemarin itu diduga disebabkan adanya sejumlah anggota Satuan Lantas Polres Ngawi yang merokok di sekitar lokasi semburan air bercampur gas.

“Kemarin sebelum api menyala ada lima anggota polisi bersama warga berkerumun, dan ada salah satu anggota polisi itu menyalakan rokok, tiba-tiba rokoknya tersulut gas yang keluar dari sumur bor ini yang berakibat terbakar kemudian anggota tersebut langsung dilarikan ke rumah sakit,” terang nara sumber.

Menyangkut kabar tersebut, Kasat Lantas Polres Ngawi, AKP Gathut Bowo S yang dikonfirmasi membantah jika anggotanya yang memicu semburan api dari dalam sumur mengeluarkan air dan gas itu.

“Tidak benar kalau anggota polisi yang menyulut sumur gas itu, yang benar ada kerumunan warga di lokasi kemudian anggota kami mengecek,” jelasnya.

Namun demikian pihaknya tidak mengelak kalau toh ada anggotanya yang terbakar seperti yang dialami Kaurbinops Satuan Lantas Polres Ngawi, Iptu Suparno, sebagai akibat terkena dampak semburan api dari sumur gas tersebut.

“Jadi bukan anggota kami yang menyulutnya mungkin dari rokok warga itu yang membuat api menyala, dan sekarang kondisi Kaurbinops Iptu Suparno sendiri sudah membaik,” pungkasnya. (pr)

Jumat, 20 September 2013

Bandit Pupuk Bersubsidi Berhasil Dibekuk Petugas

Harga Pupuk BersubsidiNGAWI™ ML (32) pria asal Desa Nglumber, Kecamatan Kepoharu, Bojonegoro, akhirnya dibekuk petugas lantaran kedapatan sedang mengangkut pupuk yang diduga ilegal jenis Phonska sebanyak 8 sak, dengan menggunakan mobil jenis pick up bernopol W 8921 L, yang sedianya dikirim ke wilayah Desa Bangunrejo Kidul, Kecamatan Kedunggalar, Ngawi.

Niat kepengin meraup untung yang berlebih dilakukan ML ini rupanya tidak berjalan mulus setelah petugas berhasil mengendus aksinya setelah mendapat informasi dari warga sekitar.

Tidak mau kecolongan terhadap buruanya lepas, petugas melakukan pengintaian terlebih dahulu hasilnya ML berhasil diringkus oleh jajaran Satreskrim Polres Ngawi saat itu juga, Rabu kemarin (18/09)

Atas aksi kriminal ini, Kasubag Humas Polres Ngawi, AKP Lilik Sulastri, mengatakan kepada media yang bersangkutan dalam hal ini ML tidak mengantongi perijinan untuk masuk wilayah Kabupaten Ngawi dari dinas terkait.

“Ulah yang dilakukan ML ini memang sudah berulangkali terjadi di wilayah Kedunggalar sehingga menimbulkan kecurigaan masyarakat sekitar lokasi kejadian,” terang AKP Lilik Sulastri.

Ditambahkanya, selain tidak punya legalitas yang jelas dalam usahanya tersebut, kepemilikan pupuk jenis Phonska yang diproduksi salah satu CV di wilayah Kabupaten Gresik tidak masuk dalam daftar sehingga mutu maupun kwalitasnya tidak terjamin.

Sementara guna mempertanggungjawabkan aksinya, ML kini mendekam di ruang tahanan Polres Ngawi sambil menunggu pengembangan atas kasusnya. Selain itu pelaku akan diancam dengan pasal 378 KUHP tentang penggelapan. (pr)

Kamis, 19 September 2013

Semburan Api Dari Sumur Bor Kejutkan Warga Sidolaju

Aumur Bor Keluarkan Gas Mudah terbakarNGAWI™ Sehari setelah munculnya semburan lumpur disertai pasir dari sumur bor milik Salimun (54) petani asal Desa Pelang Lor, Kedunggalar-Ngawi, kini kondisi berubah menjadi kobaran api setinggi 3 meter. Sementara kobaran api dari sumur bor yang berlokas di tengah persawahan wilayah Desa Sidolaju, sampai berita ini diturunkan belum diketahui secara pasti penyebabnya.

Hanya saja sebagian warga setempat menduga ada gas alam yang keluar dari sumur bor yang kemudian tersulut api dari puntung rokok. Akibatnya, warga desa setempat merasa cemas dan khawatir akan terjadinya ledakan ataupun hal lain yang menyebabkan petaka lebih besar lagi.

“Pas petang kemarin itu saya memang melihat dari dekat kondisinya masih berupa semburan lumpur namun ketika saya pulang ada kabar sumur itu terbakar tanpa diketahui penyebabnya,” terang Wagi Supriyanto, Kepala Desa Sidolaju, Kamis (19/09).

Terang Wagi sebelumnya, Salimun memperbaiki sumur bor bertenaga mesin diesel miliknya selama tiga hari dengan menambah pipa paralon dari 60 meter disambung menjadi kedalaman 100 meter.

Dan dihari ke tiga dikejutkan dengan semburan lumpur serta pasir yang bercampur bau gas yang tidak semestinya apalagi pada waktu yang bersamaan ada suara ledakan dari dalam sumur bor itu sendiri. Sehingga dengan kejadian tersebut Salimun yang dibantu petani lainya merasa kebingungan apalagi semburan lumpur itu tanpa melalui penyedotan oleh mesin diesel miliknya.

Tanpa basa-basi salah satu warga langsung melaporkan kejadian yang tidak biasanya ini ke pihak pemerintahan desa. Oleh Wagi seluruh alat pengeboran dan mesin diesel milik Salimun diperintahkan untuk dibawa pulang mengingat semburan lumpur makin membesar.

Bahkan hingga sejauh ini pihaknya demikian warga sekitar lokasi sumur belum tahu apa yang harus dilakukan untuk memadamkan api tersebut. Untuk menghindari bahaya bagi warga yang menonton, petugas dari Polres Ngawi langsung memasang garis pengaman dengan radius 10 meter dari titik api.

Sementara di hari yang sama Ir Budi Sulistyono Bupati Ngawi dan beberapa staf dari satker yang membidangi energi langsung meninjau lokasi sumur bor yang terbakar tersebut. Selain itu untuk mengetahui secara pasti apa kandungan dalam lumpur maupun pasir yang menyebabkan kebakaran ini Pemkab Ngawi langsung mendatangkan tim ahli dari bidang ESDM Pemprov Jawa Timur.

Sesuai keterangan dari tim ahli sendiri seperti penuturan Rini Suharto pihaknya untuk sementara waktu pihaknya belum memastikan penyebabnya. Hanya saja predikasi awal kebakaran tersebut disebabkan dari gas alam yang keluar dari pipa paralon yang ditanam Salimun.

Kemudian untuk detailnya lagi tambah Rini, pihaknya mengambil sample lumpur maupun benda lainya dari semburan sumur bor itu guna dilakukan test laboratorium. (pr)

Rabu, 18 September 2013

Di Ngawi, DPRD Grobogan Kulakan Ilmu Kesehatan Dan Pendidikan

Pendidikan Kesehatan RSUD NGAWI™ Kabupaten Ngawi ternyata masih dipercaya oleh daerah lain untuk menularkan ilmu terkait pengelolaan manajemen kesehatan dan pendidikan. Seperti yang terlihat di aula DPRD Kabupaten Ngawi, kedatangan sejumlah tamu dari Komisi D DPRD Kab. Grobogan Jateng diterima langsung Muhamad Isnaini Widodo Wakil Ketua DPRD setempat,(18/09).

“Khususnya rombongan kami dari Kabupaten Grobogan belajar tentang manajement kesehatan dan pendidikan di Ngawi ini,” terang Ir.H.Mukhlisin,MM.M.Si, Ketua Komisi D DPRD Kabupaten Grobogan. Paparnya, sebagai ketua komisi yang membidangi kesejahteraan rakyat pihaknya memandang perlu study banding ke Kabupaten Ngawi untuk melengkapi kekurangan dari sistem manajement kesehatan serta pendidikan.

Alasan Mukhlisin, menyangkut kesehatan selama ini di RSUD dr.R.Soedjati Grobogan kekurangan terhadap tenaga dokter spesialis demikian juga mengenai pendidikan diketahui daerahnya sangat kekurangan terhadap guru setingkat SD.

Tentang kesehatan urainya lagi, dokter spesialis yang notabene PNS di lingkup kerja RSUD dr.R.Soedjati seringkali tidak maksimal. Hal tersebut dipicu atas ulah dokter spesialis yang lebih mementingkan pribadi dengan melakukan praktik di rumah pada jam kerja dibandingkan dengan kewajibannya sebagai PNS di RSUD.

Kendala kekurangan dokter spesialis tersebut sesuai nara sumber dr.Puji Rusdiarto Adi Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi mengatakan memang sudah menjadi jamak kalau dokter spesialis biasa “nyambi” praktek di rumahnya. Kendalanya tutur dr.Puji, jelas saja akan mengurangi efektifitas kewajiban sebagai dokter spesialis dilingkup kerja dalam hal ini RSUD.

Untuk mengatasi kondisi semacam itu lanjutnya, memang diperlukan toleransi waktu terhadap individu dokter yang bersangkutan bukan berati memberikan keleluasaan terhadap jam kerja si dokter spesialis tersebut. Indikatornya, apabila terjadi penekanan bukan tidak mungkin dokter spesialis itu akan minta pensiun dini sebagai dokter PNS yang bekerja di RSUD.

Namun demikian, di RSUD dr Soeroto Ngawi sendiri saat ini masih kekurangan terhadap dokter spesialis khususnya jantung. “Memang alangkah baiknya dokter spesialis di RSUD itu lebih banyak, seperti di RSUD dr.Soeroto Ngawi ini jumlah dokter spesialisnya sudah memadai masing-masing bidang sudah dua orang dokter seperti spesialis bedah, anak, kandungan, namun untuk spesialis jantung yang belum ada mudah-mudahan akan cepat terisi,” jelasnya.

Kemudian mengenai bidang pendidikan terutama kekurangan guru sesuai penjelasan dari Pudwiyanto Kabag Kepegawaian Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi mengungkapkan solusinya dengan melakukan redistribusi guru.

“Pastinya dengan SKB 5 Menteri itu akan dapat memberikan jawaban sebagai dasar redistribusi guru,” kata Pudwiyanto. Hasilnya dari program tersebut untuk wilayah Kabupaten Ngawi sudah terselesaikan sebanyak 273 guru dari SMP maupun SMA yang diredistribusikan ke SD. Akan tetapi lanjut Pudwiyanto, bukan berati tidak ada masalah dengan reditribusi tersebut justru sebaliknya ada permasalahan yang muncul ketika menyangkut sertifikasi guru yang bersangkutan. (pr)

Nisma Abdurrahman Juara 1 Lomba Karya Tulis Islami

Juara Lomba Menulis IslamiSURABAYA™ Nisma Abdurrahman, siswi SMA Al-Hikmah Surabaya berhasil meraih Juara 1 Lomba Karya Tulis Islami dalam ajang “SMADA Muslim Competition (SMC) 2013” yang digelar SMA Negeri 2 Surabaya. Juara 2 disusul Maulida Diah Setiawati (Siswi SMA Negeri 1 Puri) dan Juara 3 diraih M. Fairuzzuddin Zuhair (siswa MAN 3 Malang).

Ketua Harian Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia Cabang Surabaya Yudha Prima yang juga bertindak sebagai salah seorang dewan juri, Rabu (18/9) mengatakan, penetapan pemenang itu setelah peserta mengikuti sejumlah tahapan lomba. Babak final berlangsung Sabtu, (14/9) di Classroom SMA Negeri 2 Surabaya.

“Pada tahap final peserta mempresentasikan karya mereka,” kata Yudha Prima yang juga penulis sejumlah buku.

Dia menyebutkan, penilaian tahap final meliputi lima aspek, yaitu Pemahaman Materi (Karya Tulis), Kelancaran Berbicara, Penampilan, Intonasi, dan Ekspresi. Masing-masing peserta mempertahankan argumentasi mereka terhadap karya yang ditulis.

Ditambahkan, lomba yang mengambil tema “Islam is The Way for Future” ini diikuti puluhan peserta dari berbagai SMA di Propinsi Jawa Timur. Lomba dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah seleksi naskah yang mencakup 4 kriteria: yaitu kesesuaian tulisan dengan tema, keunikan isi, kreativitas, dan gaya bahasa. Sementara tahap kedua babak final.

Setelah mempelajari naskah-naskah yang masuk dan ditulis berbentuk esai itu, dewan juri memilih 10 karya terbaik yang masuk babak final, yaitu: “Mari Berbagi, Mari Berzakat, Upaya Mencari Solusi Bagi Umat” (Dyah Sulistyowati, siswi SMA Al Irsyad Surabaya), “Jilbab Menekan Kriminalitas” (Adinda Norma Yunita, siswi SMA Al Irsyad Surabaya), “Remaja di Zaman Sekarang” (Aulana Widya, siswi SMAN 2 Sidoarjo), “Meraih Kembali Peradaban Islam” (M. Fairuzzuddin Zuhair, siswa MAN 3 Malang), “Gaul Islami Remaja Muslim” (Disa Fatimatuzzahrosma, siswi SMA Wahid Hasyim 2 Taman Sidoarjo).

Selain itu, “Ekonomi Islam adalah Ekonomi Dunia Masa Depan” (Maulida Diah Setiawati, siswi SMA 1 Puri), “Problematika Dakwah Islamiah di Indonesia” Nilna Camelia, siswi SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo), “Masyarakat Toyyibah (Madani)” (Kholidah Zia Kurniana, siswi SMA Negeri 10 Surabaya), “Pemuda Hari Ini Pemimpin Hari Esok (Sugiarti, siswi MAN Surabaya), dan “Meniti Jalan Kehidupan” Nisma Abdurahman, siswi SMA Al-Hikmah Surabaya).

Panitia menunjuk Dewan Juri dari Pengurus Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia Cabang Surabaya, yaitu: Yudha Prima, Vivid Habib, Luluk Daiyatul Firdausi, dan Wildan Taufiqurrahman. Sementara para pemenang mendapatkan hadiah berupa uang tunai dan piagam penghargaan dari SMA Negeri 2 Surabaya. (REL)

PRESENTASI KARYA TULIS – Salah seorang peserta Lomba Karya Tulis Islami dalam ajang “SMADA Muslim Competition (SMC) 2013” yang digelar SMA Negeri 2 Surabaya mempresentasi karya tulisnya di hadapan dewan juri dari Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia Cabang Surabaya di Classroom SMA Negeri 2 Surabaya. (Foto: Ist)


FORUM AKTIF MENULIS (FAM) INDONESIA

Akte Notaris No. 01 Tanggal 29 September 2012

Sekretariat: Jl. Mayor Bismo, No. 28, Pare, Kediri, Jawa Timur

email: forumaktifmenulis@yahoo.com, website: famindonesia.com

Call Centre: 081 259 821 511


Selasa, 17 September 2013

Public Hearing Rumusan Raperda Tawarkan Draf Basi

Daftar Calon Tetap (DCT) Anggota DPRDNGAWI™ Public Hearing yang di nahkodai Badan Legislasi (Banleg) DPRD Kabupaten Ngawi guna merumuskan 5 Raperda Inisiatif terkesan hanya hamburkan anggaran saja. Selain draf yang dirawarkan itu-itu melulu dan terkesan Copy Paste, kondisi ruangan tempat jalannya pembahasan tersebut hanya seperempatnya saja yang terisi, (17/09).

Abdul Baits salah satu peserta hearing menyayangkan mekanisme pembuatan Raperda, dimana terkesan formalitas dan kecenderungan copy paste.

“Tahu tidak, dalam beberapa draf ditemukan beberapa item yang tidak bersinergi dengan keadaan serta kondisi Ngawi sendiri contohnya tentang difinisi cagar budaya seharusnya diubah menjadi kepurbakalaan,” terangnya.

Dia juga menganggap public hearing pembahasan reperda tersebut tidak lebih hanya dilakukan hanya sekedar memenuhi prosedur dan dilaksanakan tanpa memenuhi standar akademik yang wajar dan kompeten.

Nada serupa juga dilontarkan Nur Wahyudi seorang pengamat sosial dari Ngawi sesuai komentarnya, pembahasan raperda yang dilakukan Banleg DPRD Kabupaten Ngawi tidak lebih hanya menyesuaikan dengan UU No 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah.

Sementara Pembahasan Raperda meliputi Jam belajar bagi pelajar di lingkungan masyarakat, Pelestarian cagar budaya dan seni budaya tradisional, Pengelolaan pasar daerah, Penyelenggaraan komunikasi dan informatika dan terakhir Penyediaan lahan prasarana lingkungan, fasilitas umum dan fasilitas sosial oleh pengembang kabupaten.

Sarjono Ketua Banleg DPRD Kabupaten Ngawi mengatakan public hearing tersebut diharapkan secara maksimal dapat menyerap masukan dari publik terkait konsep draf peraturan daerah tersebut. Sehingga hasilnya nanti akan memberikan manfaat positif kalangan masyarakat dengan tidak meninggalkan akar permasalahan yang terjadi di Kabupaten Ngawi.

Diungkap juga oleh Anton Budi Himawan salah satu anggota Komisi IV DPRD Kabupaten Ngawi yang memediatori dari raperda pembahasan penyelenggaraan komunikasi dan informatika menjelaskan pihaknya mengakui saat ini kejelasan hukum khususnya menara BTS memang harus gamblang. (Pr)

Senin, 16 September 2013

Kemarau Panjang, Petani Sayur Kawasan Lereng Lawu Dipastikan Merugi

Harga Sayur Mayur Di Kota Dan KabupatenNGAWI™ Kemarau panjang yang disertai hempasan angin serta kurangnya pasokan air turut andil memperparah keadaan. Ujungnya, tanaman sayur jenis kol gepeng dan tomat sebagian besar mengalami kebusukan dan rontok. Inilah gambaran mengenaskan para petani sayur kawasan lereng Gunung Lawu bagian sisi utara tepatnya wilayah Kecamatan Jogorogo.

Seperti diakui Ratno (50) petani sayur asal Desa Umbulrejo, Kecamatan Jogorogo, mengaku cemas terhadap ulat daun serta kutu daun yang menyerang tanaman sayur jenis kubis atau kol gepeng miliknya.

“Sebenarnya sejak penyakit mulai menyerang tanaman kol saya sendiri sudah mengantisipasi dengan menyemprotkan pestisida namun efeknya tidak begitu terlihat dengan terbukti penyakitnya justru makin berkembang,” kata Ratno, Senin (16/09).

Kecemasan bakal terjadinya gagal panen juga dirasakan Widarto (47), dirinya menyebutkan tanaman sayur jenis kol gepeng miliknya yang ditanam diatas lahan seperempat hektar bakal ludes demikian juga sayuran jenis sawi. Betapa tidak, dengan modal tidak kurang dari 15 juta terancam tidak pulih apalagi untung.

“Harga sayuran untuk musim saat ini harganya anjlok seiring kwalitasnya jelek, memang kita sendiri sudah berupaya maksimal akan tetapi faktor musim saja yang menjadi penyebab utama,” terang Widarto.

Menurut dia, harga sawi di tingkat petani saat ini, sekitar Rp 200 per kilogram, sebelumnya bisa berkisar antara Rp 1.500/kg hingga Rp 2.000/kg. Kol kualitas terbaik yang biasa dijual Rp 4.000/kg kini hanya Rp 300/kg dan Tomat dari Rp 4.000/kg menjadi Rp 2.000/kg.

Sementara Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Holtikultura Kabupaten Ngawi, Marsudi, mengatakan, petani diaerah Ngawi selatan khususnya didaerah lereng Gunung Lawu meliputi Kecamatan Kendal, Kecamatan Jogorogo, Kecamatan Ngrambe dan Kecamatan Sine harus mewaspadai cuaca ekstrim yang mengancam tanaman.

“Cuaca ekstrim berupa angin kencang dapat merusak tanaman dengan mudah, semua kejadian alam tidak bisa dicegah akan tetapi petani sayur dapat menanggulangi dengan melakukan perawatan dan pengawasan ketat pada tanaman sayur sehingga dampak cuaca ekstrim, petani dapat secara dini memperbaiki kembali tanamanya,” tegasnya.

Dia menjelaskan, cuaca buruk yang terjadi juga bisa memicu serangan hama pada tanaman sayur, dengan demikian petani saat mulai menemukan ada tanaman sayurnya terserang hama kalau bisa cepat ditangani sesuai prosedurnya. (pr)

Minggu, 15 September 2013

Pengrajin Emping Melinjo Selourik Masih Bertahan

Cara Membuat Emping MelinjoNGAWI™ Kusni (40) pengrajin emping melinjo asal Desa Selourik, Kecamatan Ngrambe, mengaku hasil produksinya berupa emping Melinjo makin diterima konsumen. Untuk pemasarannya sendiri Kusni mengaku masih berkutat pada pesanan konsumen dan pasar tradisional disekitar wilayahnya.

“Kalau bulan seperti ini misalkan habis lebaran pasti pesanan dari konsumen baik masyarakat secara langsung maupun pedagang di pasar memang lumayan meningkat, hal tersebut tidak lepas dari banyaknya orang yang mempunyai hajatan,” terang Kusni, Minggu (15/9).

Kusni didampingi istrinya Purwati (33) membeberkan, prospek usahanya yang sudah digeluti hampir 7 tahun terakhir ini menunjukan nilai plus untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya.

Apalagi, harga emping melinjo kering setiap kilogramnya menyentuh angka Rp 20 ribu hingga Rp 30 ribu. Kalau dipersentasekan dengan modal menyangkut harga bahan baku berupa buah melinjo masih untung yakni Rp 5 ribu sampai Rp 7.500 ribu setiap kilogramnya.

“Kalau bicara untung saya kira bolehlah tapi berlaku saat ini karena bahan bakunya sangat mudah kita dapat dipasar meski perbandingan 4 kilogram buah melinjo kalau dibuat menjadi 1 kilogram emping itupun tidak mengerahkan tenaga kerja karena yang bikin saya dan keluarga,” urainya lagi.

Yang cukup dibanggakan Kusni dibanding emping melinjo bikinan pengrajin lainya terutama pada ketebalan emping buatanya kalau daerah lain mungkin lebih tipis.

Keuntungannya adalah emping dengan sisi yang lebih tebal akan mempermudah proses pemberian varian rasa dan ketahanan emping agar tidak mudah pecah.

Dijelaskanya, dalam satu hari penuh dirinya mampu memproduksi emping melinjo antara 3 kilogram hingga 4 kilogram itupun tergantung pada cuaca.

“Disaat musim kayak gini ya bisalah memproduksi sampai diatas dua kilogram tetapi pas musim penghujan paling-paling cuma satu kilogram,” kata Kusni.

Proses pembuatan emping melinjo terlebih dahulu dengan mengupas kulit melinjo yang berwarna merah satu persatu, sehingga menyisakan biji melinjo yang berwarna coklat.

Proses selanjutnya adalah menjemur biji melinjo hingga mengering dan diteruskan pada proses penggorengan di atas wajan berisi pasir agar mempermudah proses pengelupasan cangkang biji melinjo.

“Penggorengan biji melinjo lumayan susah, kalau kematangan cangkang akan susah dipecahkan dan sebaliknya kalau kurang matang juga susah terutama menumbuk isi bijinya,” pungkasnya.(pr)

Sabtu, 14 September 2013

Lelaki Kauman Tega Ngetengi Gadis SMP

Kriminalitas Jawa TimurNGAWI™ WD (30), Lanangan warga Kauman, kecamatan sine Ngawi bisa dibilang keterlaluan. Bagaimana tidak, Diduga gendakan dengan tetangganya sediri, sebut saja melati (17), yang masih duduk dibangku SMP di Kecamatan Sine ini, kini hamil 5 bulan. Sontak Orangtua korban tak terima. Lelaki bujang yang kesehariannnya berprofesi sebagai petani inipun kini mendekam dibalik jeruji sel.

Karena tidak terima apa yang dilakukan WD, kontan saja Parjo orang tua Melati melaporkanya ke pihak berwajib. Peristiwa berawal ketika pelaku merayu Melati dengan iming-iming akan dinikahi karena terlalu percaya terhadap gombalan tersebut akhirnya korban menyerahkan keperawananya.

Dari pengakuan Melati kepada petugas penyidik, antara pelaku dengan dirinya sudah berulang kali melakukan hubungan intim dirumah kosong milik Suraji yang berada disekitar rumahnya.

Dijelaskanya, korban mengakui rela menjadi budak nafsu pelaku karena pernah di janjikan akan di nikahi, bila perbuatannya membuahkan hasil cinta mereka.

Ternyata janji hanyalah janji, sesuai kenyataanya mengetahui korban hamil pelaku berusaha menghindar dan tidak mau bertanggung jawab atas perbuatanya ini.

Kasubag Humas Polres Ngawi AKP Lilik Sulastri saat dikonfirmasi media, Jum’at kemarin, (13/09), membenarkan kejadian tersebut dan saat ini kasus pencabulan di bawah umur masih dalam penyidikan dan pengusutan pihak PPA Polres Ngawi.

“Kasus ini sudah diterima oleh Polres kemarin dari Polsek Sine, dan sementara pelaku masih dikejar petugas karena melarikan diri,” terangnya.

Kepada pelaku dapat diancam tindak pidana pencabulan dibawah umur dengan ancaman pidana penjara selama lebih dari 10 tahun dengan barang bukti sebuah pakaian dalam korban. (pr)

Jumat, 13 September 2013

Belum Sepekan Ditertibkan, Tiang Bambu Dan Banner Kembali Pating Trembel

Area WI FI Alun Alun MedekaNGAWI™ Belum juga sepekan, operasi penertiban yang dilakukan Satpol PP Kabupaten Ngawi terhadap penambahan fasilitas lapak PKL Alun-Alun Merdeka khususnya di jalan serong timur, kini tiang bambu serta atap Banner maupun seng bekas kembali pating trembel lagi. Tak pelak, kondisi ini membuat berang Peggy Yudo selaku Kepala UPT Alun-Alun setempat, (12/09).

Masih menurut Peggy , tindakan seenaknya PKL dengan melakukan penambahan fasilitas lapak dinilai menyalahi prosedur.

“Para PKL sebetulnya sudah menandatangani Tanda Daftar Usaha (TDU) yang didalamnya ada kriteria mulai dari barang daganganya hingga fasilitas kios itu sudah diatur didalamnya,” Jelas dia.

Sementara Yuliani yang mengaku sebagai warga Jalan Teuku Umar merasa risih dengan keberadaan PKL alun-alun yang karut-marut tidak sedap dipandang mata.

“Masak sudah dibuatkan kios oleh Pemkab Ngawi yang sedemikian rupa itu malah ditambah dengan seng dan bekas spanduk jelas kayak pemukiman kumuh saja, makanya tindakan penertiban yang dilakukan Satpol PP itu sudah benar dan sesuai aturan,” jelasnya.

Disisi lain, karut-marutnya administrasi dana restibusi PKL juga mencuat. Peggy membeberkan sebelum dibentuknya UPT, dana restribusi dari PKL yang dipegang serta dikelola oleh paguyuban memang menimbulkan kecemburuan di internal pedagang sendiri.

Mendasar pengaduan beberapa bakul anggota PKL yang mengadu ke UPT pada intinya sudah membayar restribusi kepada paguyuban PKL namun setelah di kroscekan di Disporabudpar ternyata tidak tercantum.

“Yang mengatasnamakan ketua paguyuban itu tidak bisa memberikan solusi dari rekan-rekanya sendiri, seharusnya memberikan contoh yang baik bagaimana bisa berjualan dengan nyaman dan menjadikan UPT ini sebagai mitranya,” imbuh Peggy.

Dengan pengalaman tersebut kontan saja bikin merah telinga Peggy, langkahnya selaku UPT pihaknya langsung menyurati seluruh PKL. Dalam himbauanya, sebagai alat pembayaran restribusi secara sah sesuai TDU yang dikeluarkan oleh dinas bukan lainya.(pr)

Kamis, 12 September 2013

PUJAMARI Makin Kusut, Disdagsar Ngawi Ngeyel Tak Bersalah

Lokasi / Tempat Wisata Kuliner Dan PUJAMARINGAWI™ Salah Perhutungan! Mungki kata ini tepat untuk keberadaan Pusat Jajanan Malam Hari (PUJAMARI). Betapa tidak, Program yang sedianya mengangkat ikon wisata kuliner yang dianggarkan Rp 150 Juta dari saku APBD II ini sempat berjalan sepekan saja. Tak ingin kehilangan muka, pihak Disdagsar Kab Ngawi berencana pindah lokasi di areal depan GOR.

Masih tak mau pihanya melulu disalahkan, Anwar Rifai Kepala Disdagsar Kabupaten Ngawi ngengkel jauh hari sebelum pujamari di lounching pada 28 Juni 2013 lalu sudah mendasar tahapan yang diselesaikan sebanyak tiga kali.

“Kita ini melangkah selalu pakai prosedur bukan sepihak atas kemauan sendiri jadi semua pihak yang kita ajak rapat untuk membahas keberadaan pujamari menyetujuinya,”tuturnya.

Dalam setiap tahapan yang dilakukan pihaknya selalu melibatkan pihak terkait seperti Polres Ngawi, Bina Marga Provinsi, PU BMCK Ngawi, KLH, Dinas Koperasi bahkan pihak Kelurahan Margomulyo.

Namun pihaknya tidak mengelak kalau toh pujamari tidak mampu bertahan lama. Kemudian hasil dari telaah staf yang dikirim ke Bupati Ngawi pada dua bulan lalu keberadaan pujamari akan dipindah ke area GOR Ngawi.

Anwar demikian panggilan akrabnya, kepastian lokasi pujamari sudah sesuai hasil dari rapat teknis yang dilakukan satu minggu yang lalu bersama satker terkait.

“Dari hasil rapat teknis tersebut merekomendasikan bahwa pujamari akan direlokasi ke area GOR dengan pertimbangan kalau di Bugisan (lokasi pujamari lama-red) bertentangan dengan undang-undang lalu lintas sebagaimana mendasar dari himbauan Polda Jawa Timur,” jlentrehnya lagi.

Bahkan Anwar punya keyakinan lagi eksistensi pujamari tetap akan berlangsung terhadap 15 pedagang kuliner selaras kebutuhan masyarakat akan jajanan khas Ngawi.

Ditegaskan lagi, dengan relokasi tersebut tentunya ada satu keterpaduan antara pedagang pujamari dengan PKL yang menempati area GOR sebelumnya dan totalnya hasil dari inventarisir ada 15 pedagang pujamari dan 14 pedagang lama. (pr)

Rabu, 11 September 2013

Kumuh. Pol-PP Preteli Lapak Tambahan Kawasan PKL Alun-Alun Serong Timur

Wisata Kuliner Alun - AlunNGAWI™ Penambahan atap serta ruangan bagian belakang yang dilakukan oleh sebagian pedagang yang menempati lapak PKL kawasan Alun-Alun Merdeka Ngawi di jalan serong timur, membuat gerah Pemkab Ngawi. Lantaran dipandang kumuh dan menyalahi perijinan, Kontan puluhan Satpol PP setempat langsung mempreteli tambahan fasilitas lapak tersebut, (11/09).

“Operasi yang kita lakukan sudah melalui koordinasi dengan UPT Alun-Alun, fokusnya melakukan penertiban terhadap fasilitas tambahan yang dilakukan para PKL ini,” terang Lutfhi Mujahidin Kepala Satpol PP Kabupaten Ngawi.

Tindakan penertiban tersebut tambah Lutfhi, karena diketahui pihak Disporabudpar sesuai perjanjianya dengan PKL ada larangan penambahan item maun fasilitas lain yang sekiranya diluar struktur bangunan lapak itu sendiri.

Ancamnya, kalau penertiban tersebut tidak digubris misalkan setelah dipreteli kemudian dipasang lagi pada waktu berikutnya maka selaku Satpol PP tetap akan melakukan penindakan yang lebih tegas lagi. Riilnya, akan melakukan pembinaan terhadap PKL nakal tersebut.

Meskipun demikian Lutfhi mengakui para PKL ini memang sudah mengantongi SK Bupati Ngawi maka dari itu peran pro aktif antara mereka dengan Pemkab Ngawi sangat diperlukan.

“Memang para PKL itu resmi, tentunya keluhan mereka ini pasti didengarkan baik apa kekuranganya maupun keluhanya, namun diluar itu semua kita tetap melakukan penertiban yang tujuanya menjaga ketertiban dan keindahan terlebih kebersihan,” bebernya lagi.

Lutfhi menggaris bawahi permasalahan PKL tersebut tidak serta merta bakal tuntas oleh satu satker saja melainkan perlu koordinasi dengan pihak-pihak yang bidangnya ada keterkaitan dengan penataan alun-alun seperti Dinas PU BMCK, Dinas Koperasi dan Disporabudpar sendiri.

Kemudian Maryono koordinator PKL mengaku kecewa dengan sikap Satpol PP Kabupaten Ngawi ini. Pasalnya, sarana lapak PKL yang disediakan oleh Pemkab Ngawi kurang luas dibanding jumlah rata-rata pembeli.

“Misalkan meja sekecil itu untuk menata jualan kami jelas tidak cukup apalagi melayani pembeli terlebih untuk kegiatan lainya seperti cuci piring maupun goreng-goreng makanya kami tambah fasilitas itu seperti banner dan seng,” jelasnya.

ehingga dengan tindakan Satpol PP dengan melakukan pelarangan penambahan fasilitas lapak jelas tidak pas. Paparnya, sebagai perimbangan selama ini bentuk dari tanggung jawabnya sebagai warga PKL telah aktif melakukan pembayaran restribusi.

Keluhan lainya, selama ini tidak kurang dari 50 PKL merasa diperlakukan tidak adil oleh UPT Alun-Alun. Terutama ada semacam kecemburuan sosial, Maryono mencotohkan pihak UPT Alun-Alun sendiri seharusnya tidak berjualan ditempat yang notabene sebagai kantor UPT. (pr)

Selasa, 10 September 2013

Mega Proyek Alun – Alun Ngawi Minim Informasi Publik

Pengumuman Pemenang Lelang LPSE Kabupaten/KotaNGAWI™ Proyek Penataan Kios Alun-alun Merdeka Jl. Slamet Barat, yang dipatok HPS Rp 1.231.393.000 ini bak siluman saja. Bagaimana tidak! Papan informasi kegiatan yang seharusnya menjadi hak publik, hingga berita ini diturunkan belum juga ada. Sementara keberadaan direksi Kit yang pada dasarnya dibiayai negara juga masih enggan didirikan, Selasa (10/9).

“Papan nama proyek itu sangat penting untuk dipasang agar masyarakat tahu adanya pengerjaan proyek sekaligus nilainya,” beber Kandim (43), warga Desa Karangasri, Kecamatan Ngawi Kota.

Urainya lagi, dia menyayangkan pengerjaan proyek ini campur aduk misalkan antara fisik dan pengerjaan taman menjadi satu. Kemudian Moch Sadli Kabid Perubahan Pemukiman (Permukim) Dinas PU BMCK Kabupaten Ngawi langsung angkat bicara.

Saat ditemui dikantornya, Sadli mengaku sudah berulangkali menyuruh terhadap pihak kontraktor CV Wedya Surya untuk segera dipasang direksi kit karena pekerjaan sendiri sudah mulai berjalan.

“Sudah kok saya memerintahkan untuk segera dipasang yang namanya papan nama itu tetapi sampai sekarang kelihatanya juga belum nampak,” tegasnya.

Sementara terkait proyek penataan alun-alun barat tersebut, dia menerangkan masa pengerjaan fisiknya jatuh tempo dari tanggal 28 Agustus sampai 15 Desember 2013 dengan menelan anggaran Rp 1.198.018.000 atau Rp 1,1 miliar lebih yang bersumber dari DAU APBD Kabupaten Ngawi 2013.

Dan untuk saat ini yang diproyeksikan melakukan pelebaran jalan serong barat alun-alun dan tercatat lebar 8 meter dengan panjang jalan 185 meter selain itu membangun sarana PKL yang berkonsep knock down serta fasilitas parkir.

Sementara mengenai penebangan beberapa pohon yang ada dikawasan pekerjaan proyek tersebut, dijelaskan bahwa nantinya akan ditanami pohon lagi biar seragam dengan kawasan jalan serong timur.

“Kenapa kita harus menebang pohon yang ada di sisi kanan kiri jalan itu karena untuk menyamakan lebar jalan dari serong timur, dan nantinya akan diganti dengan pohon yang besarnya sama,” pungkas Moch Sadli. (pr)

Senin, 09 September 2013

Administrasi nDledek, SPJ ADD Tahap Dua Terancam Tak Terserap

Daftar Desa Penerima ADD Kabupaten/KotaNGAWI™ Penyerapan tahap kedua Anggaran Dana Desa (ADD) TA. 2013, terancam terbengkalai. Terbukti hingga saat ini pihak BPM-Pemdes baru menerima penyelesaian tahap dua administrasi SPJ sekitar 50 dari 213 desa yang ada. Kuat dugaan, hal ini terjadi karena alur penggunaan ADD yang direka-reka sehingga kesulitan dalam penyelesaian SPJ tahap akhir.

Tony Hendro Waskito Kabid Pemdes Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPM dan Pemdes) Kabupaten Ngawi menjelaskan tahun anggaran 2013 ini alokasi ADD dari 213 desa mencapai Rp 16.04 miliar.

Untuk tahap pertama terhitung September 2013 ini yang terserap baru 70 persen atau 150 desa dari 213 desa sedangkan tahap kedua baru 23 persen atau 50 desa.

“Sebenarnya kita sudah melakukan sosialisasi sampai ke tingkat bawah bahkan kasi pemdes di masing-masing kecamatan sudah kita tekan agar ADD ini lekas terserap,” tutur Tony, Senin (9/9).

Mencermati rendahnya pencairan ADD khususnya tahap ke II, menurut Tony, pihaknya melalui berbagai kesempatan selalu menghimbau kepada aparat desa terutama kepala desa, sekretaris desa dan bendahara desa, agar membangun kerja sama yang baik dengan BPM dan Pemdes Kabupaten Ngawi.

Imbuhnya, sangat disayangkan kalau toh dana untuk pembangunan desa tidak segera dimanfaatkan tanpa ada kejelasan pasti. Sebab seandainya tidak terjadi penyerapan ADD sampai akhir tahun anggaran 2013 bisa saja akan dikembalikan ke kas daerah.

Seperti yang terjadi pada 2012 lalu dimana ada 2 desa yakni Desa Klitik, Kecamatan Geneng dan Desa Ploso Lor, Kecamatan Karangjati, yang tidak bisa mencairkan ADD sampai akhir tahun.

Sementara Totok GS aktivis Harka Ngawi menilai ada dugaan kuat penggunaan ADD tidak sesuai dengan program desa yang dibuat sebelumnya sehingga dimungkinkan mengalami kerepotan saat SPJ.

“Kenapa sampai semester kedua dalam tahun ini baru sekian persen yang merealisasikan, saya kira tidak lepas ADD ini ada indikasi salah sasaran, misalkan dalam usulan pencairan dana ADD untuk pembangunan A atau B ternyata setelah dana ADD itu cair, tidak ada bukti fisiknya kan menjadi masalah,” terangnya.

Dia juga berharap seandainya memang ada penyimpangan seharusnya Badan Inspektorat Kabupaten Ngawi segera melakukan pemeriksaan secara ketat bukanya melempem.

Artinya, bila ada desa yang menyimpang hendaknya di proses secara hukum bentuk dari tanggung jawabnya. “Jangan kira ADD ini lepas kontrol atau seenaknya saja baik penggunaanya maupun ketepatan penyerapan,” pungkas Totok GS. (pr)

Sabtu, 07 September 2013

AKBP Eddy Junaedi SIK Segera Terima Jabatan Baru Di Polda Sumbar

Nama Kapolres Dan KapolsekNGAWI™ Setelah bertugas hampir setahun lebih diwilayah hukum Polres Ngawi, AKBP Eddy Junaedi SIK dikabarkan akan segera menempati pos jabatan baru di Polda Sumantera Barat. Kabar serah terima jabatan (Sertijab) tersebut sesuai informasi dari AKP Lilik Sulastri Kasubag Humas Polres Ngawi akan dilakukan pada pekan mendatang.

“Bapak Kapolres akan menerima jabatan sebagai salah satu petinggi di Polda Sumba sedangkan Kapolres Ngawi akan di jabat perwira dari Polda Jawa Timur” tegasnya, Jum’at (6/9).

Dijelaskanya, AKBP Valentino yang sebelumnya menjabat dilingkungan Ditlantas Polda Jawa Timur akan segera menempati kursi Kapolres Ngawi. Sedangkan AKBP Eddy Junaedi SIK sendiri ditunjuk menempati jabatan Wadirlantas Polda Sumatera Barat.

Seperti diketahui sebelumnya sebagai Kapolres Ngawi, AKBP Eddy Junaedi SIK, memang tidak mudah dalam menyelesaikan permasalahan baik sosial masyarakat maupun tindak kriminal terjadi selama ini.

Seperti penuntasan beberapa kasus pencurian dan penggagalan tindak peredaran uang palsu. Apalagi dalam waktu terakhir beban berat harus dipikulnya dalam melakukan pengamanan Pilgub Jawa Timur 2013.

Lebih menariknya sebelum Kapolres Ngawi menerima surat mutasi sebagai agenda rutin di jajaran Polri sendiri, guna mengapresiasikan penghargaan dalam bentuk reward terhadap 90 personelnya yang dinilai mampu menjalankan tugas secara profesional.

Puluhan anggota Polres Ngawi ini tambah AKP Lilik Sulastri akan menempati jabatan baru baik dilingkup Polres maupun Polsek.

“Sebenarnya Kapolres Ngawi sudah lama mendengar bahwa pihaknya akan pindah tugas, karena sudah pernah menjanjikan jabatan baru kepada anggotanya maka Kapolres Ngawi ini menunggu SK akan pengangkatan anggotanya turun sebagai bentuk tanggung jawabnya” tegasnya. (pr)

Jumat, 06 September 2013

Orangtua Murid SDN Kersoharjo II Keluhkan Iuran LKS

Daftar Harga Buku LKSNGAWI™ Yitno Budoyo (33) wali murid dari Ananda Oktaviani yang masih duduk dibangku kelas IV SDN Kersoharjo 2, Kecamatan Geneng, Ngawi mengaku keberatan terhadap iuran yang dibebankan terhadap anaknya guna pembelian sejumlah buku Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk semester satu lantaran tanpa adanya surat pemberitahuan terlebih dahulu.

“Tidak ada surat apapun, cuma lewat muridnya lalu disampaikan pada orang tuanya itukan sama saja mengajarkan murid untuk berbohong,” terang Yitno,
Jum’at (6/9).

Pasalnya, kalau disertai surat edaran maka akan tertera nilai harga satuan masing-masing buku LKS sehingga peluang untuk merubah harga dari anak itu
sendiri tidak akan terjadi.

Bahkan selama ini imbuh Yitno, pihak SDN Kersoharjo 2 tidak transparan dalam pengelola terkait dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Bantuan Siswa Miskin (BSM) yang mengucur setiap tahunya.

Hal itu terbukti tidak adanya sosialisasi apapun dari pihak sekolah sehingga menimbulkan disorientasi wali murid

“Ya keberatan, karena setiap tahunya pemerintah mengucurkan dana BOS itu dan dikemanakan kalau toh LKS ini masih ditarik biaya dan umumnya wali murid dipedesaaan itu kan orang bodoh maka kalau tidak ada sosialisasi dari guru-guru atau kepala sekolah maka tidak tahu apa kegunaan dana BOS dan BSM,” urainya.

Keluhan yang sama juga dirasakan Suparni (40) warga Desa Kersoharjo mengaku terbebani dengan adanya pungutan buku LKS tersebut apalagi kedua anaknya secara bersamaan masih duduk di bangku kelas V.

Sementara sesuai penelusuran media dari berbagai sumber menyebutkan telah muncul Permendikbud Nomor 60 Tahun 2011 tentang Larangan Pungutan di SD dan SMP itu dikeluarkan guna menutup celah kemungkinan terjadinya pungutan liar yang dilakukan oleh sekolah setelah pemerintah menaikkan biaya operasional tahun 2012.

Terlebih hasil survei Kemendikbud tahun 2011-2012 dari 675 SD yang menyebar di 33 propinsi menyebutkan telah terjadi pungutan antara lain seragam sekolah, yakni 46,07 persen disusul pungutan buku atau LKS sebesar 14,02 persen, pembangunan gedung 4,03 persen dan administrasi pendaftaran menyentuh angka 2,05 persen. (pr)

Kamis, 05 September 2013

Buku Bahasa Indonesia Berisi Makian Dan Hujatan Beredar Di Ngawi

Buku BSE Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Untuk SD SMP SMK Dan SMU/SMANGAWI™ Hujatan, makian hingga Bagian tubuh manusia yang tak pantas disebut, ditemukan dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) beredar luas di Ngawi. Setidaknya demikan yang ada pada halaman 225 dalam Cerpen karya Muhammad Ali yang berjudul Gerhana, (5/9).

Kali pertama hal ini diketahui wali murid Novita Antika Sari (11) yang duduk dibangku SMPN I Ngawi kelas VII.

“Saat itu sedang mengawasi anak saya belajar dirumah sewaktu pelajaran Bahasa Indonesia, nah ketika membuka halaman 225 ada sebuah cerpen berisi kata-kata makian dan hujatan. Saya kira hal ini tak pantas untuk dibaca siswa,”terangnya Eko Budi P (45).

Sementara Gunadi Ash Chidiq Kabid Dikmen Diknas Kabupaten Ngawi dalam kesempatan sebelumnya mengaku kecewa terhadap buku pelajaran hasil distribusi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Pihaknya mengakui didalam isi materi salah satu buku pelajaran setingkat SMP memang memuat kalimat yang tidak normatif. Bahkan dirinya berjanji segera melayangkan kepada Kemendikbud pusat untuk menarik buku tersebut.

Sesuai informasi yang didapat media sejauh ini, buku Bahasa Indonesia setidaknya sudah beredar sebanyak 1000 eksemplar dikalangan pelajar kelas VII di sejumlah SMP diwilayah Ngawi yang ditunjuk sebagai sekolah pilot projec atas kurikulum terbaru.

Sementara, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) berjanji segera merevisi buku teks pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VII SMP Kurikulum 2013 yang terlanjur beredar.

Hal ini menyusul adanya aspirasi dari masyarakat terhadap isi dari buku tersebut. Revisi ini bagian dari evaluasi yang diterapkan bersamaan dengan implementasi Kurikulum 2013.

Hal ini seperti yang disampaikan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Pendidikan Musliar Kasim di ruang kerjanya, Jakarta, Senin (2/09), (pr)

Rabu, 04 September 2013

Cupet Dana, PU Ngawi Umbar Ambrolnya Jembatan Wonorejo

Proyek Jembatan ambrol di wonorejo kedunggalar NgawiNGAWI™ Ambrolnya jembatan penghubung antar dua desa yakni Wonorejo dengan Jatigembol Kedunggalar Ngawi pada pertengahan juni 2013 lalu, Ternyata tak menjadikan beban berarti bagi Pemerintah setempat. Terbukti, pihak PU-BMCK mengaku hanya mampu membangun pondasi saja di tahun ini dengan alasan cupetnya dana.

Sudarno, Kabid Perawatan Jalan dan Jembatan Dinas PU BMCK Kabupaten Ngawi, berujar bahwa menurutnya karena cupetnya anggaran pemerintah daerah maka realisasi pembangunan jembatan itu sendiri bakal dibagi menjadi dua tahap dan sisanya baru terselesaikan 2014 mendatang.

Dalam tahap pertama akan digelontorkan dana sekitar Rp 650 juta yang sudah tercover di P-APBD 2013, dana tersebut peruntukanya akan digunakan untuk pembangunan ke dua sisi pondasi.

Sedangkan tahap kedua masih menunggu anggaran tahun berikutnya yang berkisar Rp 250 juta yang dimanfaatkan untuk pembangunan gelagar sekaligus cor lantai jembatan.

“Kita sudah berupaya maksimal agar secepatnya jembatan yang cukup vital sebagai akses antara kedua desa ini cepat rampung, akan tetapi harus menunggu sampai tahun 2014,” terangnya.

Sementara Eko Heru Tjahjono Kepala BPBD Kabupaten Ngawi untuk sementara waktu guna memperlancar arus kendaraan khususnya roda dua saat ini sudah terpasang jembatan darurat yang berbahan bambu.

Meskipun lebarnya cuma 1 meter terang Heru, jembatan tersebut setidaknya sebagai pertolongan sementara sambil menunggu jembatan utama rampung. “Kasihan bagi anak-anak sekolah serta warga sekitar daripada harus memutar jalan yang lumayan jauh mending dibuatkan jembatan alternatif dahulu,” beber Heru.

Sebelum itu tandasnya lagi, memang selaku BPBD pihaknya sempat mengusulkan jembatan berbahan kayu yang menelan biaya Rp 250 juta. Tetapi usulanya itu langsung dimentahkan pihak kecamatan setempat dengan alasan efisiensi anggaran dengan dalih karena sifatnya sementara lebih mending jembatan berbahan bambu yang cuma menghabiskan Rp 35 juta.

Lain halnya Budi Mulyono yang mengaku warga sekitar jembatan Wonorejo, dirinya mengharapkan dalam pembangunanya nanti unsur kekuatan jembatan harus benar-benar diperhatikan oleh pemerintah.

“Seperti diketahui jembatan ini bukan saja menghubungkan dua desa tetapi juga dua kecamatan antara Paron dengan Kedunggalar apalagi sering dilintasi kendaraan roda empat dengan beban berat makanya jangan asal-asalan,” jelasnya, Selasa (4/9).

Terusnya, setiap kali terjadi kemacetan lalu lintas antara jalur Ngawi-Solo atau sebaliknya jembatan ini sering dilintasi kendaraan bus maupun truk. “Dari dulu jalur sini menjadi alternatif bilamana terjadi kemacetan di ruas jalan Ngawi Solo, dan memutar menuju Kerten sampai Geneng sana,” pungkas Budi Mulyono. (pr)

Selasa, 03 September 2013

Hitung Manual KPUD Ngawi: Suara Karsa Kuasai 17 Kecamatan

Riil Count Pemilihan Gubernur Jawa Timur 2013NGAWI™ Pasangan Cagub Jawa Timur Soekarwo-Saifullah Yusuf (Karsa) unggul di 17 kecamatan dari 19 kecamatan di Ngawi. Pasangan nomor urut 1 ini mutlak mendulang 196.144 suara atau 49,42%, mendasar hitung manual Riil Count versi KPUD Kab Ngawi bertempat di Aula RM Dwi Paksi yang disaksikan beberapa unsur pimpinan daerah setempat, (3/09).

Kemenangan Karsa ini diketahui setelah KPUD Kabupaten Ngawi melakukan riil count (manual) rekapitulasi hasil Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Timur yang dilaksanakan pada pekan lalu Kamis 29 Agustus 2013.

Perolehan suara Karsa ini dibuntuti oleh Khofifah Indar Parawansa - Herman S Sumawiredja (Berkah). Pasangan nomor urut 4 (empat) ini meraup 115, 226 suara atau 29,03 persen. Khofifah yang merupakan rival dari pasangan incumbent diketahui meraih kemenangan hanya di Kecamatan Mantingan.

Sedangkan peringkat ketiga diduduki oleh pasangan Bambang DH-Said dengan perolehan 72.693 suara atau 18,32 persen. Sedangkan pasangan yang notabene indepedent Eggi-Moch Sihad sebagai juru kunci dengan memperoleh 12.829 suara atau 3,23 persen.

Dari beberapa kecamatan ini ada dua kecamatan dimana Karsa harus tumbang seperti di Mantingan Karsa dipermalukan Bambang DH dengan perolehan 5.008 suara namun pihak Karsa hanya 4.850 suara. Sedangkan di Sine lagi-lagi pasangan petahana tersebut harus “njungkel” hanya meraup 5.677 suara sedangkan Bambang DH mendulang 6.590 suara.

Hitung manual yang digelar KPUD Kabupaten Ngawi tersebut dihadiri seluruh petugas PPK (Panitia Pemilihan Kecamatan) yang langsung membacakan perolehan suara di masing-masing kecamatan.

Sedangkan ada salah satu saksi yakni dari kubu Eggi-Sihad yang tidak nongol di lokasi rekapitulasi dengan alasan yang tidak jelas akan tetapi untuk ketiga saksi lainya langsung menerima hasil riil count versi KPUD Kabupaten Ngawi.
Meski menerima hasil hitungan manual seperti yang dijelaskan Imam seorang saksi dari Bambang DH, dirinya menyorot persentase ketidak hadiran pemilih yang menyentuh angka 35 persen.

Jelasnya, angka tersebut kemungkinan besar karena kurangnya sosialisasi yang dilakukan KPUD Kabupaten Ngawi menjelang coblosan. Namun demikian dirinya tidak membantah hasil dari Pilgub Jawa Timur yang ada di Kabupaten Ngawi berjalan sukses sebagaimana mestinya.

Ketua KPU Kabupaten Ngawi, Surat Ashari mengatakan, setelah dilakukan rekapitulasi manual ini memang jumlah pemilih yang tidak menggunakan suaranya mencapai sepertiga dari DPT.

“Yang jelas jumlah 35 persen pemilih tersebut karena mereka tidak ada dirumah bisa saja menjadi tenaga kerja luar negeri dan mahasiswa yang belajar diluar daerah khususnya diluar Jawa Timur,” terangnya.

Dan pihaknya menepis kalau menjelang pemungutan suara kurang melakukan sosialisasi ke masyarakat. Akan tetapi justru sebaliknya, KPUD Kabupaten Ngawi sudah maksimal melakukan sosialisasi dengan keliling sampai pelosok kecamatan.(pr)

Senin, 02 September 2013

DBHCHT Di Ngawi Terindikasi Jadi Ajang “DUM-DUMAN” Berkat

Program dan jumlah dana DBHCHT Di Ngawi tahun anggaran 2013NGAWI™ Dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT), pastinya digelontorkan kembali ke daerah penghasil tembakau sebesar 2%. Ironisnya, wilayang Ngawi terindikasi belum sepenuhnya berpihak pada petani tembakau. Proyek-preyek dari dana tersebut justru jadi ajang “Dum-Duman” Berkat bagi para pengusaha konstruksi maupun non konstruksi.

Jelas, pada musim tanam di tahun ini tanaman tembakau rata-rata mengalami kendala mulai daun keriting hingga tidak normal dalam pertumbuhanya.

Seperti yang dirasakan Tono (68) dan Slamet Riyadi (40) dua orang petani tembakau asal Dusun Nongo, Desa Legundi, Kecamatan Karangjati, Ngawi, mengaku tidak mampu berbuat banyak terhadap tanaman tembakau miliknya.

“Bagaimana tidak resah mas, mau panen saja malah tanaman tembakaunya cepat berbunga jelas daunya tidak bisa tambah padahal yang kita harapkan itu kalau daunya normal itu saja,” keluh Tono, Minggu (01/09).

“Jangankan penyuluhan pupuk saja kita tidak mendapat bantuan kok, dan nyatanya kita selalu beli pupuk harus tunai,” bebernya. Namun menyangkut harga tembakau sendiri Tono juga tidak menampik bakal meroket pada waktu panen nanti berkisar antara Rp 18 ribu sampai Rp 27 ribu setiap kilogramnya.

Dengan adanya kasak-kusuk keluhan petani tembakau sesuai hasil penelusuran media sendiri memang menjadi bahan pemikiran semua pihak khususnya Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten Ngawi.

Pada tahun 2012 lalu Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) yang dikucurkan Dishutbun setempat ke petani tembakau kurang lebihnya Rp 2,9 miliar.

Saat itu dana miliaran rupiah tersebut peruntukanya untuk memenuhi sarana dan prasarana seperti hand tractor, selang air, sprayer, bibit tembakau dan pupuk demikian juga pasca panen peralatan seperti alat penjemuran serta mesin perajang tembakau.

Dengan demikian mendasar polemik yang menerpa kaum petani tembakau sendiri maka dapat dikatakan masih jauh seperti yang diharapkan.

Sesuai komitmenya saat itu Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ngawi melalui Dishutbun berkomitmen memposisikan tembakau sebagai komoditi prioritas dalam penguatan pembangunan ekonomi daerah.

Dan tidak kalah pentingnya realisasi dari DBHCHT sebenarnya menjadi bagian penting dari atensi tersendiri. Karena mempunyai peran strategis untuk ditingkatkan potensinya petani tembakau baik dari skill maupun harga tembakau yang merupakan bagian dari produksinya.

Terkait dana cukai tembakau tersebut sesuai yang dikatakan Hariyanto(42)petani tembakau asal Desa Teguhan, Kecamatan Paron-Ngawi menilai penggunaan anggaran dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) di daerah tersebut belum optimal dalam memberdayakan masyarakat pertembakauan.

“Proyek-proyek fisik maupun nonfisik dari anggaran DBHCHT tidak efektif memberdayakan petani tembakau itu sendiri, dan memang secara teoritis diatas kertas tujuannya jelas namun indikator hasil tidak pernah diperhatikan,” pungkasnya.(pr)

Minggu, 01 September 2013

Expo SMK Bisa: Dinamis Merespons Dinamika Perubahan Global

Daftar nama SMK di NgawiNGAWI™ Expo SMK yang dibuka oleh Wakil Bupati Ngawi, Ony Anwar, digelar selama 3 hari mulai 30-2 Agustus 2013. Hal ini bertujuan untuk mempromosikan karya siswa SMK sekaligus mensosialisasikan kinerja siswa SMK yang makin berkualitas serta kreatif dalam penguatan skill.

“Ajang expo saat ini, penemuan tehnologi tepat guna sangat ditunggu oleh masyarakat pada umumnya serta khusunya bagi masyarakat pedesaan. Seperti misalkan, salah satu produk anak SMK yang menemukan diesel tenaga gas LPG” Ungkapnya, Sabtu (31/8).

Menurut Sukamto salah satu eserta expo menerangkan, pada dasarnya untuk memberikan informasi kepada masyarakat umum, bahwa SMK senantiasa dinamis dalam merespons dinamika perubahan global dengan mengaktualisasikan kedalam tehnologi yang bermanfaat bagi khalayak masyarakat.

Selain itu tambah Sukamto disela-sela acara, kompetensi lulusan SMK sangat siap dan memungkinkan untuk segera bekerja sesuai bidangnya, bahkan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

"Secara spesifik mencetak generasi muda untuk kedepanya menjadi seorang manajer sesuai bidang yang dibukanya dan merubah pemikiran serta rasio dimana lahan pekerjaan bukan hanya menjadi seorang abdi negara yang notebene PNS," bebernya.

Dalam pameran hasil karya anak SMK dengan bertemakan "Expo SMK Bisa" selain di ikuti 33 SMK swasta dan negeri juga tidak ketinggalan 19 peserta dari Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI).

Dari beberapa produk unggulan karya anak SMK yang paling menarik adalah temuan tehnologi yang berupa alarm anti maling dari SMKN I Sine. Seperti yang diterangkan salah satu teknisi, Nurika Hermawan, Alat berwarna putih tersebut adalah alat pengaman kendaraan bermotor.

Teknik kerjanya, sensor yang dipasangkan pada body sepeda motor bisa bergerak bebas dan sewaktu sepeda motor mendapatkan getaran maka sensor akan mengirimkan tanda ke sebuah alat sejenis sirene yang akan mengeluarkan tanda suara selama 10 menit setiap satu getaran. (pr)