Nyartomo (57) dan istrinya Pariyem (51) warga Dusun Genggong, RT 01/RW 03, Desa Jogorogo, Kecamatan Jogorogo, Ngawi, saat ini. Betapa tidak, meski keseharianya hanya sebagai buruh tani yang pas-pasan ini mampu memberikan dorongan semangat putra bungsunya Muhamad Syahrul Kurniawan (18) menjadi pesepak bola nasional yang berlaga di Piala AFF U-19 tahun 2013 dengan nomor punggung 13.
Sesuai penuturan langsung kepada media dirumahnya yang cukup sederhana, Nyartomo menjelaskan secara detail bahwa putra bungsunya dari empat bersaudara tersebut memang bakat menjadi pemain sepak bola sejak duduk di bangku TK Al-Qur’an (Getar) sekitar tahun 2001 di wilayah Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat.
“Saat itu saya di Jakarta Barat sebagai buruh serabutan sedangkan istri saya sebagai tukang cuci, kemudian sewaktu Syahrul (Panggilan akrab dari Muhamad Syarul Kurniawan-red) masih di TK memang dia suka sekali dengan namanya sepak bola,” terang Nyartomo, Minggu (22/09).
Setahun kemudian, karena kondisi sebagai pekerja serabutan di kota besar sepi Nyartomo memutuskan pulang kampung ke Jogorogo-Ngawi, meski demikian tanggung jawabnya sebagai ayah dari empat anak tidak menyurutkan untuk kembali bekerja sebagai buruh tani di kampungnya.
Selanjutnya beber Nyartomo, ketika putra bungsunya tersebut menginjak kelas V di SDN 1 Jogorogo minat akan bola terus berkobar dengan modal nekat dia masukan ke Sekolah Sepak Bola (SSB) di Jogorogo dibawah asuhan pelatih Surawan. Awal di SSB inilah Syahrul terus mengembangkan bakat yang dimilikinya tidak pelak beberapa prestasi mulai diraih.
Dan lebih memprihatinkan lagi seperti penjelasan Pariyem, tidak jarang sehabis main bola sepatu anaknya ini sering robek. Karena tidak punya uang lebih guna membelikan sepatu bola yang berkwalitas terpaksa sebagai seorang ibu, Pariyem mengaku menyuruh Syahrul untuk menjahitkan ke tukang sepatu yang tidak jauh dari rumahnya.
“Karena hidup saya serba mepet apalagi bapaknya hanya buruh tani, untungnya Syahrul ini sebagai anak serba penurut ketika harus menjahitkan sepatunya yang rusak tanpa harus beli sepatu baru,” kenang Pariyem dengan meneteskan air mata.
Kemudian setiap kali Syahrul main di ajang Piala AFF U-19 saat ini dengan posisi sebagai pemain centerback (pemain belakang-red), terang Nyartomo maupun Pariyem sebagai orang tua tidak punya persiapan khusus dirumahnya.
Hanya saja Amir Suwanto salah satu kakak Syahrul pergi naik bus menuju ke Stadion Delta Sidoarjo guna menonton langsung dimana Piala AFF U-19 sedang digelar.
“Cukup menonton siaran langsung di televisi bersama keluarga dirumah cuma tadi kakaknya melihat langsung ke Sidoarjo untuk menonton langsung finalnya dan sampai hari ini sebagai ibu saya selalu puasa untuk mendoakan Syahrul sukses membela timnya, dan baru berbuka puasa ketika anak saya selesai bertanding,” urai Pariyem.
Sementara Surawan pelatih di SSB Jogorogo menerangkan, Muhamad Syahrul Kurniawan salah satu mantan anak asuhnya yang kini berlaga di Piala AFF U-19, memang bakat menjadi pemain sepak bola sudah terlihat sejak awal masuk di SSB. “Sekitar 2008 lalu Syahrul gabung dengan SSB dan dia ini diantara satu teman-temanya yang paling menonjol dari berbagai segi baik skil maupun fisik,” bebernya.
Dan memasuki bangku SMA tambah Surawan, Syahrul selalu diikutkan ke kompetisi sesuai kelompok umur dengan posisi sebagai kapten tim terutama saat gabung di klub Margolangu FC yakni klub bola setingkat Kecamatan Jogorogo.
Dan yang paling menonjol prestasi Syahrul jelas Surawan saat mengikuti event Britama Cup U-16 di Kabupaten Ngawi tahun 2010.
“Saat bermain di Britama Cup, dirinya sebagai kapten tim dan sudah terlihat mulai dari tingkat kedewasaanya, selain itu Syahrul ini memang anak yang suka berlatih keras dalam bermain bola dengan terlihat diluar jam latihan dia tetap melakukan latihan rutin seperti lari ataupun olah skil lainya,” jelas Surawan.
Dari berbagai kompetisi inilah karir cemerlang mulai menanjak dalam diri Syahrul terutama saat tanding di kompetisi Ngawi FC Divisi 3 tingkat regional. Dan menyangkut lolosnya Syahrul ke timnas, Surawan mengakui memang ada empat pemain yang diseleksi Indra Sjafri pelatih timnas ketika di Ngawi akan tetapi hanya Syahrul sebagai pemain Persinga yang lolos seleksi saat itu. (pr)
BIO DATA:
2 comments:
yakinlah bahwa kerja keras, sabar dan tawaqal pasti akan berbuah maniiiiiiissssssss
cukup mengharukan dan kebanggan bagi warga ngawi
Posting Komentar
Terima-kasih atas partisipasi anda