media online pemberitaan kabupaten ngawi
Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 04 September 2013

Home > > Cupet Dana, PU Ngawi Umbar Ambrolnya Jembatan Wonorejo

Cupet Dana, PU Ngawi Umbar Ambrolnya Jembatan Wonorejo

Proyek Jembatan ambrol di wonorejo kedunggalar NgawiNGAWI™ Ambrolnya jembatan penghubung antar dua desa yakni Wonorejo dengan Jatigembol Kedunggalar Ngawi pada pertengahan juni 2013 lalu, Ternyata tak menjadikan beban berarti bagi Pemerintah setempat. Terbukti, pihak PU-BMCK mengaku hanya mampu membangun pondasi saja di tahun ini dengan alasan cupetnya dana.

Sudarno, Kabid Perawatan Jalan dan Jembatan Dinas PU BMCK Kabupaten Ngawi, berujar bahwa menurutnya karena cupetnya anggaran pemerintah daerah maka realisasi pembangunan jembatan itu sendiri bakal dibagi menjadi dua tahap dan sisanya baru terselesaikan 2014 mendatang.

Dalam tahap pertama akan digelontorkan dana sekitar Rp 650 juta yang sudah tercover di P-APBD 2013, dana tersebut peruntukanya akan digunakan untuk pembangunan ke dua sisi pondasi.

Sedangkan tahap kedua masih menunggu anggaran tahun berikutnya yang berkisar Rp 250 juta yang dimanfaatkan untuk pembangunan gelagar sekaligus cor lantai jembatan.

“Kita sudah berupaya maksimal agar secepatnya jembatan yang cukup vital sebagai akses antara kedua desa ini cepat rampung, akan tetapi harus menunggu sampai tahun 2014,” terangnya.

Sementara Eko Heru Tjahjono Kepala BPBD Kabupaten Ngawi untuk sementara waktu guna memperlancar arus kendaraan khususnya roda dua saat ini sudah terpasang jembatan darurat yang berbahan bambu.

Meskipun lebarnya cuma 1 meter terang Heru, jembatan tersebut setidaknya sebagai pertolongan sementara sambil menunggu jembatan utama rampung. “Kasihan bagi anak-anak sekolah serta warga sekitar daripada harus memutar jalan yang lumayan jauh mending dibuatkan jembatan alternatif dahulu,” beber Heru.

Sebelum itu tandasnya lagi, memang selaku BPBD pihaknya sempat mengusulkan jembatan berbahan kayu yang menelan biaya Rp 250 juta. Tetapi usulanya itu langsung dimentahkan pihak kecamatan setempat dengan alasan efisiensi anggaran dengan dalih karena sifatnya sementara lebih mending jembatan berbahan bambu yang cuma menghabiskan Rp 35 juta.

Lain halnya Budi Mulyono yang mengaku warga sekitar jembatan Wonorejo, dirinya mengharapkan dalam pembangunanya nanti unsur kekuatan jembatan harus benar-benar diperhatikan oleh pemerintah.

“Seperti diketahui jembatan ini bukan saja menghubungkan dua desa tetapi juga dua kecamatan antara Paron dengan Kedunggalar apalagi sering dilintasi kendaraan roda empat dengan beban berat makanya jangan asal-asalan,” jelasnya, Selasa (4/9).

Terusnya, setiap kali terjadi kemacetan lalu lintas antara jalur Ngawi-Solo atau sebaliknya jembatan ini sering dilintasi kendaraan bus maupun truk. “Dari dulu jalur sini menjadi alternatif bilamana terjadi kemacetan di ruas jalan Ngawi Solo, dan memutar menuju Kerten sampai Geneng sana,” pungkas Budi Mulyono. (pr)

Berita Terkait



0 comments:

Posting Komentar

Terima-kasih atas partisipasi anda