NGAWI™ Tidak terpikirkan sebelumnya kalau toh jembatan gantung bakal dibangun di Desa Karangbanyu, Kecamatan Widodaren, Ngawi. Apalagi jembatan yang kini mengawan diatas aliran Bengawan Solo yang memiliki panjang 110 meter dengan lebar 2 meter, bisa jadi bentang jembatan gantung ini adalah yang terpanjang se-Indonesia.
Selain terpanjang di Indonesia, jembatan gantung tersebut juga satu-satunya yang ada di aliran Bengawan Solo dari hulu ke hilir sepanjang 600 kilometer.
“Saya pikir jembatan yang sudah selesai dibangun kemarin itu biasa saja, eh tahunya cukup luar biasa,” terang Kasno, warga Desa Karangbanyu, Jum’at (11/10).
Muhamad Agus Fathoni atau biasa dipanggil Atong, salah satu koordinator pembangunan jembatan gantung Desa Karangbanyu mengatakan jembatan yang menghubungkan tiga kecamatan antara Widodaren, Karanganyar dan Pitu senilai hampir Rp 5 miliar.
“Jembatan ini bantuan murni dari Tony Ruttiman warga Swiss, kita terima langsung dalam bentuk material jembatan berupa pipa baja, frame, bordes dan seling,” katanya.
Akan tetapi pihaknya hanya menyediakan pondasi jembatan dikedua sisinya serta akses jalan sepanjang 100 meter dan lebar 5 meter dalam bentuk pavingisasi yang dibangun dari sumber dana APBD Ngawi 2013 senilai Rp 500 juta.
Selain itu selama pelaksanaan pembangunanya sendiri untuk tenaga kerjanya langsung dilakukan oleh warga Desa Karangbanyu secara swadaya yang melibatkan tidak kurang dari 600 orang.
“Secara umum bantuan kemanusian dari Mr Tony Ruttiman ini sejak setahun lalu, dimana jumlah bantuan di Indonesia sudah ada 14 jembatan gantung, sedangkan pada tahun ini dari total 25 baru terealisasi sekitar 12 jembatan gantung dan kalau di wilayah Ngawi ada dua yang satunya ada di Kecamatan Paron,” ungkapnya.
Sebagai koordinator sendiri kata Atong, dirinya menilai bantuan dari Tony Ruttiman cukup spetakuler untuk kelas jembatan gantung dan manfaatnya sendiri cukup jelas sebagai akses pendidikan maupun ekonomi di tiga kecamatan meskipun hanya bisa dilintasi pejalan kaki serta sepeda motor.
Jelasnya, sebelum dibangunya jembatan gantung memang masyarakat dari dua kecamatan yakni Karanganyar dan Pitu untuk menuju Widodaren dan sebaliknya harus menempuh jarak sekitar 20 kilometer.
“Kalau sekarang kan tidak perlu melewati jalan yang kondisinya rusak ditambah jauh apalagi kalau pas banjir jalanya sering terendam air luapan dari Bengawan Solo itu,” kupasnya. (pr)
0 comments:
Posting Komentar
Terima-kasih atas partisipasi anda