Jakarta™ Pengakuan Wakil Sekretaris Jendral Partai Gerindra Aryo jojohadikusumo akan frekuensi pertemuan Prabowo dan Jokowi yang cukup intensif selama beberapa bulan terakhir menuai spekulasi dari berbagai pihak. Pasalnya, pertemuan antara Prabowo dan Jokowi dilakukan secara diam-diam dan terkesan disembunyikan dari media,(31/12).
Menurut direktur eksekutif Nurjaman Center for Indonesian Democracy (NCID) Jajat Nurjaman melalui surat Elektronik pada media Sinangawi.com, bahwa tidak mungkin pertemuan antara Prabowo dan Jokowi hanya membahas permasalahan yang dihadapi oleh Pemprov DKI Jakarta. Menurut Jajat, Jokowi membicarakan bagaimana ia dapat membalas hutang politiknya kepada Prabowo."Kita harus ingat, bahwa sebenarnya Jokowi sangat berhutang budi kepada Prabowo. Pada bulan Februari tahun 2012, ibu Mega sudah menetapkan Adang Ruchiatna untuk berpasangan dengan Fauzi Bowo di Pemilukada DKI Jakarta 2012", Terang Jajat.
Namun karena Prabowo berhasil melobi Megawati, PDIP yang sebenarnya sudah menyiapkan acara deklarasi Fauzi-Adang di PRJ akhirnya mencabut dukungan dan menarik Jokowi ke Jakarta. Prabowo bersama adiknya Hashim juga adalah donatur terbesar kampanye Jokowi. Jokowi tidak mungkin lupa akan hal ini", Urai dia lagi.
Saat ini masyarakat sudah banyak mengetahui bahwa PDIP terikat kontrak politik dengan Gerindra untuk mendukung Prabowo di Pilpres 2014. Namun sudah menjadi rahasia umum, bahwa hasrat Megawati untuk kembali maju di Pilpres 2014 sangat besar.
"Saat ini kita membaca, hampir semua pengamat politik menganjurkan Megawati untuk tidak mencalonkan diri, dan memberikan jalan untuk Jokowi. Saya menduga sebenarnya ini adalah bentuk permainan politik yang sangat cantik antara Prabowo dan Jokowi", terangnya lemudian.
"Sebagai bentuk balas budi, Jokowi membujuk Megawati untuk tidak mengajukan diri - sekaligus untuk memenuhi kontrak politik yang pernah ia teken tahun 2009 di Batu tulis. Jika hal ini memang benar adanya, maka pendapat banyak pengamat selama ini bahwa Jokowi menutup jalan bagi Prabowo untuk jadi Presiden di 2014 adalah salah besar. Adalah sebaliknya, Jokowi justru membuka jalan bagi Prabowo" tutup Jajat.(@-SN)
0 comments:
Posting Komentar
Terima-kasih atas partisipasi anda