NGAWI™ Suyatno warga Desa Wonosari, Kecamatan Sine satu-satunya pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) penyulingan minyak cengkeh yang masih bertahan hingga sekarang ini mengaku was-was dengan usahanya. Pasalnya, stok bahan baku daun cengkeh kering guna disuling menjadi minyak keberadaanya mulai langka Ketika masuk musim penghujan.
“Kalau hujan kayak gini memang dibuat bingung kok, daun cengkeh yang biasanya didapat cukup mudah tapi kini lumayan susah mendapatkanya meskipun harga daun cengkeh kering saya naikan dari petani,” terang Suyatno, Selasa (03/12).Dengan kondisi cuaca yang mulai tidak bersahabat lagi menurut Suyatno tidak khayal usaha penyulingan minyak cengkeh yang sudah digeluti selama 11 tahun mengalami penurunan produksi.
Dan klimaksnya yang terjadi dari tahun ketahun dibulan Februari sampai Mei, dimana dalam kurun lima bulan tersebut produksi penyulingan minyak cengkeh berhenti total mengingat curah hujan berada di level tertinggi.
Lesunya penyulingan ini terbukti dari 5 ketel destilasi berukuran 3 meter yang tersedia cuma satu yang dioperasikan menyusul berkurangnya bahan baku.
Kalau cuaca cerah perharinya mampu menyuling dengan kapasitas 1 ton lebih daun kering mengingat mudahnya mendapatkan daun kering dari wilayah kecamatan sekitar Sine seperti Ngrambe dan Jogorogo.
“Pas musim kemarau misalkan antara Juli sampai Oktober setiap harinya mampu berproduksi dengan menghasilkan minyak cengkeh lebih dari 10 kilogram tapi musim hujan kayak gini paling cuma 2 kilogram minyak itupun sudah nekat,” terangnya.
Tambah Suyatno, usaha penyulingan minyak cengkeh yang dimulai sejak tahun 2002 lalu dibutuhkan tingkat keuletan untuk bisa mampu bertahan. Sebagai bukti pada awalnya disekitar Sine ada 4 UKM penyulingan minyak cengkeh yang dikerjakan secara mandiri oleh beberapa warga akibat kurangnya permodalan lambat laun gulung tikar.
Kemudian secara rinci Suyatno menjelaskan, setiap bahan baku 7 kwintal daun cengkeh kering akan menghasilkan minyak cengkeh 20 Kg dengan masing-masing kwintal mempunyai rendemen sebesar 2,85 persen.
Kapasitas produksi per bulannya rata-rata mencapai 540 kg minyak daun cengkeh dengan harga tertinggi Rp 160 ribu per kilogram.
Biasanya, minyak cengkeh yang dihasilkan akan dipasarkan ke pengepul di wilayah Semarang dan Surabaya. Tapi sayangnya usaha yang mempunyai prospek bagus tersebut kata Suyatno sampai sekarang ini belum ada campur tangan dari pemerintah.
“Bicara modal sebetulnya ada permasalahan cukup komplek, seperti yang terjadi meski saya sudah beberapa kali menyodorkan kredit ke pemerintah namun sampai sekarang tidak ada kejelasan,” pungkasnya.(pr)
0 comments:
Posting Komentar
Terima-kasih atas partisipasi anda