NGAWI™ Mega proyek Revitalisasi Alun-Alun Merdeka Ngawi kembali dilaksanakan. Entah yang kali keberapa, seakan Face Off Alun-alun menjadi tradisi tahunan, setelah tahun lalu penataan pedagang kaki lima (PKL) bagian barat baru rampung dengan konsep knock down. Warsito Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) Disparyapura Kabupaten Ngawi mengatakan saat ini anggaran untuk memoles alun-alun senilai Rp 3,8 miliar bersumber APBD 2014.
“Tahun ini memang akan dirombak total bentuk face of alun-alun ini sebagai tindak lanjut konsep sebelumnya,” terangnya, Senin (19/05). Ujarnya, dibawah bendera PT.Selo Tirto Magetan selaku pemenang tender akan bertanggung jawab pada nilai kontrak sebagaimana hasil lelang sedangkan proses pekerjaan sendiri akan rampung pada akhir September 2014 nanti.Sementara Total item yang menjadi tanggung jawab PT.Selo Tirto meliputi 4 paket meliputi gapura, perbaikan jalan tengah, revitalisasi saluran irigasi, perbaikan jalan di samping area lapangan tenis disisi timur. Selain itu peran swasta bakal dilibatkan dalam penataan alun-alun melalui dana CSR termasuk pengadaan sarana air muncrat dari Bank Jatim dan Skate Board dari PT.Widodo.
“Memang rehabilitasi antara alun-alun barat dengan wilayah tengah maupun timur merupakan satu bagian master plan yang tidak bisa dipisahkan, sehingga konsep tersebut dilakukan secara estafet,” beber Warsito.
Kemudian terkait penataan pintu gerbang alun-alun akan dibuat gapura setinggi 9 meter dengan background sepasang replika gading gajah meskipun harus menurunkan ikon sebelumnya berupa dua unit meriam. “Dengan dimunculkan replika gading gajah diharapkan menjadi ikon yang pas dimana wilayah Ngawi identik dengan fosil purbanya,” kata Warsito.
Sementara Anwar Rifai Kepala Disparyapura Kabupaten Ngawi menjelaskan peran alun-alun sendiri selain ditujukan sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) namun juga diarahkan sebagai fungsi Objek Daya Tarik Wisata (ODTW) untuk Kabupaten Ngawi.
“Penataan alun-alun dengan desain yang menarik bisa menjadi aset sekaligus pendapatan, selain itu juga menjadi ikon yang memperkenalkan Ngawi dengan cara yang menarik,” kupasnya.
Dengan luas alun-alun 68.310 meter persegi ulas Anwar, perlu ada perombakan total terhadap wahana yang tersedia sebelumnya. Selebihnya, konsep penataan alun-alun tidak bisa dilepaskan dengan tatanan Jawa yakni istilah catur gatra yang didalamnya ada pusat pemerintahan, lembaga pemasyarakatan, masjid dan alun-alun sebagai bagian yang tidak terpisahkan.
Akan tetapi seperti yang terlihat di Jawa memang harus ada akses atau sumbu menuju pusat pemerintahan. “Jadi pada intinya mengembalikan alun-alun sebagaimana fitrahnya dulu, sedangkan konsep dari gerbang itu sendiri, mengadopsi dari elemen-elemen dasar yang menjadi ikon Ngawi seperti Benteng Pendem dikolaborasikan dengan manusia purba pithecanthropus erectus,” pungkas Anwar Rifai.
Pewarta: Purwanto
Editor: Kuncoro
0 comments:
Posting Komentar
Terima-kasih atas partisipasi anda