media online pemberitaan kabupaten ngawi
Diberdayakan oleh Blogger.

Sabtu, 09 Agustus 2014

Home > > Gebyar Cokekan Gairahkan Suasana Malam Kota Ngawi

Gebyar Cokekan Gairahkan Suasana Malam Kota Ngawi

arti dari kesenian karawitan cokekan

NGAWI™ BNuansa malam Ngawi tiba-tiba ada sesuatu yang menarik. Lantunan gamelan saling bersahutan dan menggema dari berbagai sudut kota. Suasana malam makin terkesan, Ngawi sebagai kota seni di wilayah Jawa Timur. Pagelaran ini sengaja digelar Pemda setempat guna menyambut HUT Kabupaten Ngawi yang ke-655 pada Jum’at malam, (08/08).


“Malam ini memang sengaja kita gelar festival seni coke’an dengan melibatkan 19 paguyuban dari wilayah kecamatan yang ada,”terang Suradji Ketua Panitia HUT Kabupaten Ngawi ke-655.

Terangnya, festival coke’an memang baru pertama kalinya digelar Pemkab Ngawi hal ini tidak lepas untuk memperkenalkan seni Jawa khususnya coke’an terhadap kalangan remaja. Selain itu papar Suradji, seni coke’an sangat kental dengan masyarakat Kabupaten Ngawi yang sudah turun-temurun.

“Kita akui seni coke’an sekarang makin memudar keberadaanya, seperti kita ketahui bersama kalangan remaja dewasa ini malah lebih condong ke budaya barat yang belum tentu ada nilai posistifnya,” tegasnya.

Ungkapan serupa juga dikatakan Sumadi salah satu pelaku seni Jawa asal Kecamatan Paron, dirinya memberikan apresiasi positif terhadap Pemkab Ngawi yang telah berperan aktif untuk melestarikan budaya Jawa khususnya coke’an. Dilain sisi Sumadi memandang sangat perlu festival serupa harus digelar setiap tahunya jangan sampai hanya sekedar acara seremonial.

“Ruang seni terutama seni cokek kalau sudah diperhatikan Pemkab Ngawi mudah-mudahan kedepanya dapat memberikan inspirasi bagi mereka khususnya pelaku seni untuk lebih menggali dan berkreasi seni Jawa,” tukasnya.

Sementara pantauan langsung media, festival seni coke’an digelar dengan mengambil tempat secara menyebar dibeberapa sudut Alun-Alun Merdeka Ngawi. Mereka dengan lesehan menempati trotoar mulai Jalan Yos Sudarso, Jalan Mayjen Suprapto dan Jalan Teuku Umar.

Dari festival coke’an tersebut terbukti mampu menyedot animo warga kota untuk menikmati alunan gamelan yang keluar dari alat music yang cukup sederhana seperti siter, kendang dan demung serta peking. Para waranggono dan pengrawit tetap khas dengan pakaian adat Jawa melatunkan satu persatu gending-gending dolanan sampai gending mocopat.
ADVERTORIAL


Berita Terkait



0 comments:

Posting Komentar

Terima-kasih atas partisipasi anda