NGAWI™ Ritual sakral pada perhelatan hari jadi Ngawi yang ke 656, ditandai dengan Kirab Pusaka tumbak Kyai Singkir dan Kyai Songgolangit serta Pusaka Payung Tunggul Warono dan Tunggul Wulung yang pada malam sebelunya disemayamkan di bumi Ngawi purba dan kemudian diboyong kembali ke pusat palenggahan pendapa Wedya Graha Ngawi, (03/09).
Jalannya kirab pusaka dipimpin langsung oleh sesepuh agung Suharno Ilham serta dikawal oleh 8 kereta kencana, pasukan drum band, 1 bergodo, 9 senopati berkuda, 24 prajurit pengawal dan dua tumpeng rebyong raksasa, juga dimeriahkan hadirnya 6 buah paramotor di udara yang disambut ribuan warga yang sudah padati pinggir jalan.Sementara para rombongan kirab yang terdiri dari Bupati Ngawi Budi Sulistyono beserta Nyonya, Wakil Bupati Ngawi Ony Anwar beserta Nyonya, Ketua DPRD Ngawi Dwi Rianto Jatmiko beserta Nyonya, Skretaris Daerah Siswanto beserta Nyonya, dan para jajaran Muspida, pimpinan SKPD, Camat, serta Forpinda Kabupaten Ngawi.
Bupati Ngawi Budi Sulistyono mengatakan, kirab pusaka adalah salah satu ritual budaya Kabupaten Ngawi yang pada jaman dahulu pemerintahan di Kabupaten Ngawi tidak begitu saja muncul akan tetapi ada sejarah-sejarah yang lain dan ditempat-tempat dimana dari dusun maupun desa kemudian ada otonomi diberikan oleh Kerajaan Majapahit pada saat itu.
“Agenda kirab pusaka ini kami adakan setiap dua tahun sekali, sehingga harapan kita masyarakat mengerti betul bagaimana bahwa budaya jawa ini harus terus dilestarikan,” Jelas mBah Kung, sapaan akrab Bupati Ngawi ini.
Masih menurutnya, kirab pusaka tahun 2014 ini lebih spektakuler atau lebih bermakna. Yang dimaknai secara positif seperti budaya dan pariwisata bagaimana agar spektakuler maka akan menarik minat wisatawan hadir di Kabupaten Ngawi ini.
ADVERTORIAL
0 comments:
Posting Komentar
Terima-kasih atas partisipasi anda