NGAWI™ Beberapa wilayah kabupaten Ngawi, sepekan terakir ini nampak mulai panen raya padi. Meski harga gabah per-Kg tembus dikisaran Rp.4000 lebih, namun rata-rata petani banyak yang merugi karena mahalnya ongkos produksi, selain harga pupuk yang makin melambung, juga diperparah kurangnya pasokan air lantaran musim kemarau yang berkepanjangan.
“Coba kalau dikaitkan harga pupuk demikian pula biaya produksi lainya, petani ngaplo sedang mau tidak mau petani itu sendiri harus segera menjual ke tengkulak untuk menutupi biaya produksi,” kata Joko Susilo, petani asal kecamatan paron.
Menurutnya, kalau dikalkulasi semua mendasar hasil panen pada musim ini dirinya tidak kebagian untung. “Hanya cukup untuk bayar utang di Bank dan sisa sedikit paling-paling untuk persediaan makan sehari-hari,” bebernya.
Urainya lagi, untuk musim ketiga tahun ini kwalitas gabahnya cukup bagus dibandingkan dua musim sebelumnya. Selain itu kadar air dalam gabah juga berkurang karena sewaktu musim tanam ketiga bersamaan masuknya musim kemarau.
Sementara sesuai pengakuan Darti dari salah satu tengkulak gabah asal Kabupaten Jombang, pembelian gabah tetap sesuai kwalitas dilapangan yakni mengacu pada tingkat kebasahan dan rendemenya.
“Untuk padi jenis ciherang musim ini memang harganya lumayan bagus sekitar Rp 3.500, akan tetapi tidak menutup kemungkinan harganya akan turun seiring masuknya musim penghujan,” tegasnya.
Pewarta: Purwanto
Editor: Kuncoro
0 comments:
Posting Komentar
Terima-kasih atas partisipasi anda