NGAWI™ Punden “Jati N0wong”. Disinilah asal muasal berkembangnya kepercayaan terhadap pantangan makan makanan berbahan kedelai maupun menanamnya bagi masyarakat Desa Krandegan, Kecamatan Ngrambe, Ngawi, Jawa Timur. Konon mitos ini diyakini oleh masyarakat sekitar secara turun temurun bahwa bagi siapa saja yang melanggar pantangan tersebut bisa menemui petaka.
Menurut penjelasan Tri Mulyono sesepuh desa setempat sekaligus kepala Desa Krandegan menyebutkan pantangan terhadap kedelai berawal peristiwa yang dialami Syeh Ageng Nawawi di era penjajahan Belanda tempo dulu.
Dijelaskan, Syeh Ageng Nawawi melakukan perjalanan pulang menuju Desa Krandegan dari Kepatihan Gendingan yang berada di wilayah Kecamatan Widodaren sekarang ini. Dengan dikawal seorang cantrik dengan sebutan Ki Suro Dilogo rupanya perjalanan Syeh Ageng Nawawi tersebut diketahui Belanda dan hendak menangkapnya.
Karena keberadaan Syeh Ageng Nawawi selama itu mempunyai pengaruh besar terhadap rakyat disekitar Desa Krandegan maupun sekitarnya. Setelah sampai diwilayah Desa Krandegan kuda yang ditumpangi Syeh Ageng Nawawi ini jatuh ketanah lantaran terjerat akar kedelai pada kakinya. Tidak berapa lama kuda tersebut mati dan Syeh Ageng Nawawi sendiri menyusul meninggal ditempat ditempat yang sama dan langsung dimakamkan.
Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya Syeh Ageng Nawawi mengeluarkan kata-kata sumpah dimana anak turunya yang nantinya tinggal di Desa Krandegan melarang menanam pohon kedelai dan apabila melanggar pastinya akan menerima azab.
“Hingga saat sekarang ini memang tidak berani menanam kedelai maupun makan makanan berbahan kedelai. Soalnya takut terhadap azab oleh Syeh Ageng Nawawi,” terang Tri Mulyono, Minggu (09/11).
Ditambahkan, sang cantrik Ki Suro Dilogo yang menjadi pengawal setia Syeh Ageng Nawawi juga dimakamkan satu lokasi dengan makam Syeh Ageng Nawawi dimana lokasi makam tersebut dijadikan punden atau petilasan dengan nama ‘ Punden Jati Nowong ‘.
Nama Punden Jati Nowong mempunyai makna bahwa Syeh Ageng Nawawi dimakamkan dibawah pohon jati yang besar serta kata ‘Nowong’ dari kata Nawawi karena masyarakat sekitar punden untuk lebih memudahkan mengingat dengan kata nowong.
Pewarta: Purwanto
Editor: Kuncoro
0 comments:
Posting Komentar
Terima-kasih atas partisipasi anda