SINAR NGAWI™ Paron-Poniman (36), penyandang disabilitas yang mengalami kelainan kedua kakinya akibat penyakit polio sejak usia balita, masih ingat betapa payahnya saat membuka usaha bengkel las. Warga Desa Teguhan, Kecamatan Paron, Ngawi yang akrab disapa Man Epet, mengaku bahwa sebagai tukang las yang dipelajarinya secara otodidak, dirinya juga sempat minder lantara keluarga meragukan kemampuannya.
“Dulunya agak minder soalnya tidak ada dukungan baik dari keluarga karena mereka melihat kondisi saya seperti ini. Karena saya kepengen hidup normal dan berkeluarga maka dasar itulah menjadi penyemangat saya hingga saat ini,” ulas dia.Usaha las karbit yang ditekuni sejak 10 tahun terakhir ini, Kini pelanggannya bukan hanya warga sekitar saja namun sudah merambah dibeberapa daerah luar kecamatan Paron.
Meski mengalami kekurangan fisik, namun mempunyai tekad untuk membuat lapangan pekerjaan sendiri. Dengan alasan secara ekonomi kedua orangtuanya jelas pas-pasan sehingga tidak memungkinkan menjadi sandaran hidupnya kelak.
“Dulunya tidak ada kepikiran untuk menikah ya karena kondisi saya yang speerti ini. Karena terus berpikir bagaimana caranya hidup dan tidak ingin kalah dengan yang lain akhirnya nekat melakukan pekerjaan las seperti ini. Alhamdulilah soal ekonomi sekarang ini cukup untuk mencukupi keluarga,” terang Man Epet.
Dengan ketekunan, Man Epet sekarang ini hidup nyaman dengan keluarga kecilnya dan mampu membiayai anak semata wayangnya yang sudah menginjak bangku SMP.
Dia berharap kepada penyandang difabel lainya jangan pernah kecil hati keterbatasan fisik tidak menjadi halang rintang untuk sukses menatap masa depan.
Pewarta: kun/pr
Editor: Kuncoro
0 comments:
Posting Komentar
Terima-kasih atas partisipasi anda