SINAR NGAWI™ Jogorogo-Lokasi wisata Selondo di Desa Ngrayudan, Jogorogo Ngawi, dipastikan ramai pengunjung utamanya guna ngabuburit atau menunggu saatnya berbuka puasa. Namun kali ini pengunjung makin ramai karena adanya aksi komunitas Gravity Ngawi, yang unjuk kebolehan menyusun batu kali dengan keseimbangan yang sedemikan rupa sehingga nampak indah dan mengundang decak kagum.
“Asyik kok menumpuk batu seperti itu, saya yakin tidak sembarang orang bisa melakukanya. Karena apa secara tekniknya saja sulit sekali apalagi pekerjaan seperti itu butuh kesabaran meskipun terlihat sepele,” ujar Yogi warga sekitar lokasi.Sementara pelaku seni menumpuk batu dari komunitas Gravity Ngawi Yosef Danni Kurniawan mengatakan, awal seni gravity yang ditekuni selama ini hanya faktor kebetulan.
Tidak lepas dari acara wiwitan ‘Kebo Ketan’ yang dibesut seniman Bramantyo Prijosusilo pada Mei 2016 di Alas Margo, Desa Begal, Kecamatan Kedunggalar, Ngawi.
“Awalnya waktu itu ada acara wiwitan kebo ketan di Alas Margo ada batu berserakan. Dan saya tertarik apalagi pernah melihat di you tube dimana Michael Grab melakukan seperti itu dan saya coba ada beberapa batu saya tumpuk kebetulan Mas Bram (Bramantyo Prijosusilo-red) melihat dan bilang bagus untuk dilanjutkan,” terang Yosef sapaan akrabnya.
Kemudian sejalan waktu dirinya memilih wisata Selondo sebagai lokasi yang ‘pas’ untuk menampilkan seni gravity. Terlebih dilokasi yang menjadi destinasi wisata warga Ngawi tersebut banyk ditemukan batu kali. Satu sisi alasanya, batu di sungai Selondo tidak perlu di eksploitasi lagi melainkan bisa langsung di eksplorasi menjadi seni yang unik.
Dikatakan Yosef yang tidak lain salah satu PNS dari Dinas Pengairan Ngawi, teknik menumpuk bata sebetulnya bukan hal yang susah tetapi terletak pada tiga titik pengait yang ada di masing-masing permukaan batu itu sendiri. Tiga titik yang dia maksudkan, berlaku pada semua ukuran batu baik kecil maupun besar yang tentunya mempunyai daya keseimbangan bilamana ditumpuk.
“Sebetulnya semuanya hanya kesenian bagaimana kita menyenangkan diri menumpuk batu mencari keseimbangan dan bisa berdiri. Tentunya terletak pada kesabaran mencari tiga titik keseimbangan yang ada pada batu,” pungkas Yosef.
Pewarta: kun/pr
Editor: Kuncoro
0 comments:
Posting Komentar
Terima-kasih atas partisipasi anda