SN-Media™ Ngawi-Di usia yang makin senja, Mikin Harsono (74), warga Desa Kletekan, Kecamatan Jogorogo Ngawi, masih cekatan saat meanjat pohon aren (enau) yang tingginya mencapai 15 meter lebih, guna menyadap air nira untuk bahan baku pembuatan gula aren.
Mikin menyebut, sebagai pembuat gula aren sudah ditekuni sejak puluhan tahun silam saat dirinya masih remaja.Untuk membuat gula aren, dimulai dari proses yang panjang. Yang mana Mikin harus berjalan kaki menusuri kawasan hutan Perhutani. Sesampai dilokasi, masih harus memanjat pohon aren dengan memanfaatkan beberapa batang bambu sebagai tangga pijakan.
Dalam menyadap nira, menggunakan wadah khusus, yang kemudian akan diambil dan diganti tiap pagi dan sore.
Belum cukup sampai disitu, air nira hasil sadapan dilakukan penyaringan, dan setelahnya baru dimasak dengan api sedang dalam waktu 4-5 jam dengan sesekali diaduk hingga mengental.
Setelah kekentalan dirasa cukup, gula aren yang masih lembek tersebut diangkat dan dituangkan ke dalam cetakan yang terbuat dari belahan batok kelapa sambil menunggu hingga mengeras sekitar 8-9 jam.
Sementara daya tarik gula aren buatan Mikin, menurut pengakuan konsumen adalah rasa yang mantap karena ditambah sari pohon secang, tahan berbulan-bulan serta harga yang terjangkau, dimana satu keping gula arennya dengan berat sekitar 1 kilogram dijual Rp 50 ribu.
Untuk pemasaran gula aren sendiri tidak ada kendala, bahkan stok produksi gula aren yang ada belum mencukupi permintaan pasar, khususnya untuk usaha kuliner minuman dan makanan.
Pewarta: MI/MA
Editor : Kuncoro
Copyright : SNM
0 comments:
Posting Komentar
Terima-kasih atas partisipasi anda