SN-Media™ Ngawi-Ngawi sebagai penghasil padi no 5 nasional dan no 2 di Jawa timur, seharusnya berbanding lurus dengan kondisi ketahanan pangan yang ada di masyarakat, yang dibuktikan dengan keberadaan lumbung pangan yang ada di setiap desa.
Dwi Rahayu, Kabid Stabilisasi Pangan pada Dinas Ketahanan Pangan Dan Pertanian (DKPP) setempat mengatakan bahwa kondisi lumbung pangan di Ngawi bisa dikatakan masih sangat memprihatinkan.Dimana dari jumlah total 213 desa dan kelurahan di Ngawi, yang mempunyai lumbung pangan hanya 54 desa saja dan dari jumlah tersebut hanya 25 saja lumbung pangan yang benar-benar aktif dan sisanya secara bangunan fisik masih bagus, namun tidak ada aktivitas untuk ketahanan pangan.
Ayu menambahkan, upaya yang dilakukan oleh pihaknya untuk meningkatkan ketahanan pangan di masyarakat adalah menggiatkan kembali lumbung pangan dengan memberikan sosialisasi tentang pentingnya lumbung pangan di desa.
“Lumbung pangan hendaknya bukan saja sebagai tempat menyimpan padi, namun lebih dari itu, harus ada aktivitas perputaran padi di masyarakat,” terang dia.
Ketidakaktifan lumbung pangan di Ngawi menjadi perhatian serius, yang akan dilakukan inventarisasi penyebabnya sehingga didapat solusi pemecahan masalahnya.
Terpisah, Arif Syaifudin, Kabid Pemerintahan Desa, Dinas Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa (DPMD) Ngawi menanggapi ketahanan pangan di tingkat desa, sebagai suatu tanggung jawab yang harus dilakukan oleh desa kepada masyarakatnya dengan memanfaatkan anggaran Dana Desa.
Hal ini sebagaimana diatur dalam Perpres no 104 tahun 2021 tentang penggunaan DD, yaitu diantaranya minimal 20 % untuk ketahanan pangan yang dapat diwujudkan berbagai kegiatan mendasari musyawarah desa, diantaranya untuk sarana prasarana jalan pertanian, pelatihan-pelatihan, termasuk kemungkinan menghidupkan kembali lumbung pangan.
Pewarta: Dam-Red
Editor : Kuncoro
Copyright : SNM
0 comments:
Posting Komentar
Terima-kasih atas partisipasi anda