media online pemberitaan kabupaten ngawi
Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 22 November 2023

Home > > Menguak Eksistensi Produksi Makanan Tradisional Kerupuk Mata Gareng Di Ngawi

Menguak Eksistensi Produksi Makanan Tradisional Kerupuk Mata Gareng Di Ngawi

Menguak Eksistensi Produksi Makanan Tradisional Kerupuk Mata Gareng Di Ngawi

SN-Media™ Ngawi-Makanan ringan tradisional yang berbentuk bulat oval dengan hiasan garis warna terang spiral, merupakan ciri khas kudapan yang dinamai kerupuk mata gareng. Dan ternyata, eksistensi produksi rumahan ini masih tetap terjaga di Desa Dumplengan kecamatan Pitu, kabupaten Ngawi Jawa Timur.

Jumiran (67) yang merupakan pemilik usaha rumahan ini mengaku, produksi kerupuk mata gareng adalah merupakan bisnis turun temurun keluarga. Dia juga menerangkan bahwa makanan yang terbuat dari bahan baku singkong (ubi kayu), dirinya merupakan penerus produksi generasi ke tiga. 

Jumiran juga membeberkan cara pembuatannya, yang diawali dengan mencuci ketela, diparut diberi bumbu yang dilanjutkan dengan mencapurkan tepung tapioka (kanji) sebagai pengikat adonan. Sebelum dikukus, adonan dibentuk oval memanjang terlebih dahulu agar memudahkan dalam menata ataupun proses selanjutnya. 

Setelah beberapa tahapan pengolahan, bahan kerupuk mata gareng yang masih panas di angin-anginkan agar suhunya turun sebelum dimasukan ke dalam kotak freezer. Setelah beberapa jam dilakukan pendingan, dilanjutkan dengan pengirisan menggunakan alat perajang mekanikal agar diperoleh ukuran yang sama merata dan selanjutnya masuk penjemuran. 

“Dulunya, pembuatan kerupuk mata gareng ini dilakukan dengan alat tradisiona (manual) baik dari pengadonan maupun pengirisan, namun sekarang saya sudah memakai mesin, agar mempercepat proses pembuatannya,” katanya. 

Sementara, penjualan Kerupuk Moto Gareng dalam bentuk masih belum digoreng dan dikemas dalam wadah plastik 5 kilogram dengan harga Rp 75 ribu, yang di drop langsung kepada penjual di pasar-pasar tradisional Ngawi. Untuk keuntungan kotor, 

Jumiran memberi kisaran antara Rp 10 juta hingga Rp 15 juta tiap bualannya. Dan karena kerupuk mata gareng identik dengan perlengkapan hajatan, maka produksi akan meningkat saat musim pernikahan maupun bulan atau hari-hari besar keagamaan. 

Simak Berita Menarik Lainnya di: Google News  

Pewarta: DaM
Editor : Asy
Foto : Dok Dam
Copyright : SNM


Berita Terkait



0 comments:

Posting Komentar

Terima-kasih atas partisipasi anda